Sebenarnya, keinginan untuk belajar bahasa
Mandarin sudah ada sejak lama. Alasannya? Pertama, setahuku bahasa Mandarin itu menjadi bahasa
Internasional kedua setelah bahasa Inggris. Ya biarpun bahasa
Inggrisku masih tergolong pasif, setidaknya aku masih punya kemampuan
lain. Biarpun tetap pas-pasan, masih tetap boleh, kan? :D
Kedua, aku memang ingin menguasai bahasa asing lain, selain bahasa Inggris. Hampir sebagian besar orang-orang yang kukenal, menguasai bahasa Arab ataupun Jepang. Sedangkan aku, ingin memiliki kemampuan yang berbeda dari mereka. ^ ^
Sayangnya, saat itu kursus bahasa Mandarin masih jarang ditemui. Belum lagi, dengan padatnya aktifitas menguras yang perhatian. Hingga lama kelamaan, keinginan itu menghilang dengan sendirinya.
Hingga satu waktu, salah seorang teman mengabarkan bahwa klab bahasa MKAA (Museum Konferensi Asia Afrika) sedang membuka kelas baru. Dengan berbagai pilihan kelas diantaranya kelas bahasa Arab, kelas bahasa Jepang (klab Heiwa), kelas bahasa Mandarin (klab Nihao), kelas bahasa Prancis, serta kelas bahasa Sunda.
Akan tetapi, dari sekian banyak kelas yang ada, kelas bahasa Esperantolah yang paling banyak diminati. Belakangan ini, beberapa negara di Eropa sudah menggunakan bahasa Esperanto ini sebagai bahasa pemersatu di kawasan Uni Eropa.
Kedua, aku memang ingin menguasai bahasa asing lain, selain bahasa Inggris. Hampir sebagian besar orang-orang yang kukenal, menguasai bahasa Arab ataupun Jepang. Sedangkan aku, ingin memiliki kemampuan yang berbeda dari mereka. ^ ^
Sayangnya, saat itu kursus bahasa Mandarin masih jarang ditemui. Belum lagi, dengan padatnya aktifitas menguras yang perhatian. Hingga lama kelamaan, keinginan itu menghilang dengan sendirinya.
Hingga satu waktu, salah seorang teman mengabarkan bahwa klab bahasa MKAA (Museum Konferensi Asia Afrika) sedang membuka kelas baru. Dengan berbagai pilihan kelas diantaranya kelas bahasa Arab, kelas bahasa Jepang (klab Heiwa), kelas bahasa Mandarin (klab Nihao), kelas bahasa Prancis, serta kelas bahasa Sunda.
Akan tetapi, dari sekian banyak kelas yang ada, kelas bahasa Esperantolah yang paling banyak diminati. Belakangan ini, beberapa negara di Eropa sudah menggunakan bahasa Esperanto ini sebagai bahasa pemersatu di kawasan Uni Eropa.
Bahkan konon katanya, beberapa media cetak di sana, sudah
menggunakan bahasa Esperanto sebagai bahasa pengantarnya. Sungguh, saya mulai
tergoda untuk mendaftar kelas Esperanto yang ramai dibicarakan itu.
Meski demikian, aku tak ingin tergoda. Aku tetap pada pendirianku sejak dulu, ingin belajar bahasa Mandarin. Beberapa orang teman memang kurang mendukung pilihan ini. Mereka bilang bahasa Mandarin ini terlampau sulit, lebih baik ikut kelas Esperanto saja yang lagi naik daun. Eh maksudnya, lagi ramai-ramainya. Hingga akhirnya, aku tetap memilih belajar di kelas Mandarin, sendirian.
Meski demikian, aku tak ingin tergoda. Aku tetap pada pendirianku sejak dulu, ingin belajar bahasa Mandarin. Beberapa orang teman memang kurang mendukung pilihan ini. Mereka bilang bahasa Mandarin ini terlampau sulit, lebih baik ikut kelas Esperanto saja yang lagi naik daun. Eh maksudnya, lagi ramai-ramainya. Hingga akhirnya, aku tetap memilih belajar di kelas Mandarin, sendirian.
Mulanya, jadwal kelas Mandarin setiap sabtu pukul
10.30-12.00 siang. Akan tetapi, pada pelaksanaannya
diubah menjadi hari minggu pukul 13.00-14.30 siang. Waktunya, cukup tanggung memang, tapi
sudahlah. Yang penting harus tetap belajar dengan semangat. ^_^
Aku dan klab Nihao
Sejujurnya, pertemuan pertama ini benar-benar diluar dugaan Selama ini, aku benar-benar tak punya bayangan sama sekali tentang bahasa Mandarin. Jadi kupikir, kami akan mulai dikenalkan dengan hal-hal dasar. Seperti nama beberapa
benda, nama hari, huruf, waktu, dsb. Ternyata dugaanku meleset.
Di pertemuan pertama, kami langsung diajarkan tentang dialog. Bagaimana cara memperkenalkan diri dengan bahasa Mandarin. Kok, langsung begini, ya?
Bingung? Sama, hehe... Yaa, artinya kira-kira seperti ini
Di pertemuan pertama, kami langsung diajarkan tentang dialog. Bagaimana cara memperkenalkan diri dengan bahasa Mandarin. Kok, langsung begini, ya?
Nǐ hǎo
Wǒ de míngzì syfa
Wǒ zhù zài wàn lóng
Wǒ xǐhuan xiě
Bingung? Sama, hehe... Yaa, artinya kira-kira seperti ini
Halo
Nama saya syfa
Saya tinggal di Bandung
Saya suka nulis
Saya suka nulis
Nah sesudah itu, kami juga diajari tentang beberapa nada
pengucapan serta Pingyin (cara pengejahan dalam haruf latin). Katanya
semua itu sudah menjadi syarat mutlak, bagi orang yang mau mempelajari bahasa
Mandarin.
Kenapa? karena orang bilang bahasa Mandarin itu mempunyai
seribu arti. Jadi, bila kesalahan sedikit saja dalam hal pengucapan. Maka otomatis akan mengubah
arti dimaksud.
Hmm, ribet juga ya!
Awalnya, aku dan teman-teman cukup keteteran untuk mengikuti pelajarannya. Namun lama-kelamaan, kami mulai terbiasa juga. Biar begitu, jujur kuakui kalau bahasa Mandarin itu memang tidak gampang untuk dipelajari. Apalagi kalau sudah berurusan dengan penulisan Hanzi/ Chinese Character.
Hmm, ribet juga ya!
Awalnya, aku dan teman-teman cukup keteteran untuk mengikuti pelajarannya. Namun lama-kelamaan, kami mulai terbiasa juga. Biar begitu, jujur kuakui kalau bahasa Mandarin itu memang tidak gampang untuk dipelajari. Apalagi kalau sudah berurusan dengan penulisan Hanzi/ Chinese Character.
Belum lagi, pengajar kami masih belum mengenalkan cara
penulisan hanzi tersebut, membuat kami cukup bingung mengikuti pelajarannya. Beliau memang lebih menekankan agar kami mampu mendengar dan
meniru pengucapan bahasa Mandarin itu sebaik mungkin.
Bukan hanya itu. Ketika harus menyelesaikan tugas yang diberikan, kami sering bingung sendiri. Bukan karena tak sempat mengerjakan, tapi seringnya ada sebagian yang tidak kami pahami. Lagi-lagi, karena kami belum hafal dengan penulisan Hanzi.
Belajar dari pengalaman. Saya sengaja mengamati bentuk hurufnya lebih dulu, baru kemudian mencocokkan dengan artinya. Maka jangan heran, bila kamarku terlihat berantakan saat mengerjakan tugas Mandarin. ^ ^
Bukan hanya itu. Ketika harus menyelesaikan tugas yang diberikan, kami sering bingung sendiri. Bukan karena tak sempat mengerjakan, tapi seringnya ada sebagian yang tidak kami pahami. Lagi-lagi, karena kami belum hafal dengan penulisan Hanzi.
Belajar dari pengalaman. Saya sengaja mengamati bentuk hurufnya lebih dulu, baru kemudian mencocokkan dengan artinya. Maka jangan heran, bila kamarku terlihat berantakan saat mengerjakan tugas Mandarin. ^ ^
Meski tak ada larangan untuk saling mencontek dalam
pengerjaan tugas, tapi saranku sebaiknya jangan lakukan. Kenapa? Biarpun semua
soal sudah terisi, tapi kita tak akan ngerti apa-apa. Ibaratnya, kayak
beli kucing dalam karung.
Aku sendiri lebih senang menganggap semua soal itu
seperti sebuah misteri. Anggap saja, kami sedang menyamar menjadi seorang
detektif yang diberi tugas untuk memecahkan misteri tersebut.
Cukup menyulitkan, sih! Cukup memeras otak, memeras
konsentrasi serta menguji kesabaran tentunya. Tapi selebihnya, seru aja!
Apalagi kalau sudah bertemu dengan kata bersenang-senang. Hmm, siapa yang tidak
tergoda? :D
Bersambung…
Bersambung…
******
Jalan Braga, Okt–Nop 2012
wow, keren! jadi pengen belajar Mandarin juga deh jadinya ^__^
BalasHapus