Senin, 03 Desember 2012

Berandal-berandal Ciliwung


Selepas istirahat, maka film kedua yang berjudul “Berandal-berandal Ciliwung” ini kembali diputar. Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto mengangkat keberagaman Jakarta lewat sebuah perkampungan padat di tepian sungai Ciliwung.

Ada Umar yang berdarah Arab tergila-gila pada kungfu. Jaka yang berdarah Betawi, pemimpin geng Ciliwung yang play boy tulen. Ayahnya bekerja di Brunei dan Ibunya membuka usaha laundry di rumah.

Ano yang berdarah batak, lebih suka makan daripada menyanyi. Tubuhnya pun jauh lebih tambun dari yang lain. Tirto anak dalang, yang dilarang berenang. Kini bapak Tirto sudah berhenti menjadi dalang dan beralih profesi menjadi penjual bakso.

Terakhir, yang berdarah Papua. Sayang aku lupa namanya. Pokoknya, dia sangat lihai menggunakan ketapel. Semua bidikannya nyaris tak pernah meleset. Dia juga suka mengupil. Biar terkesan jorok, tapi itulah ciri khas dia.

Dengan segala perbedaan yang ada, mereka selalu bersama-sama dan menamakan diri “Pasukan Ciliwung.”  Menurut Tirto yang keturunan jawa, mereka seperti tokoh pandawa lima yang ada dalam pewayangan.

Selain bermain, “Pasukan Ciliwung.” juga membersihkan sampah-sampah yang ada di sungai Ciliwung. Oh ya, pasukan Ciliwung ini memiliki musuh yakni Adam, cs. Kedua grup ini selalu bersaing dalam segala hal. Mulai dari kasti, balap renang hingga lomba getek.


Satu waktu, guru mereka mengatakan kalau pihak sekolah akan memilih utusan yang akan diikut sertakan dalam Festival Ciliwung. Hal ini, tentu saja membuat Pasukan Ciliwung” harus bersaing ketat dengan musuhnya untuk mendapatkan posisi tersebut.

Bahkan Adam cs sengaja menantang “Pasukan Ciliwung” untuk bertanding kasti di lapangan. Siapa yang memenangkan pertandingan, maka dialah yang berhak mewakili sekolah. Tentu saja, pasukan ciliwung merasa tertantang dan terus berlatih kasti.

Ketika mereka sedang asyik berlatih kasti, ada seorang supir taksi yang menanyakan alamat rumah Babah Alun, pemilik pabrik tahu di kampung mereka. Tanpa sengaja, Tirto memukul bola terlalu keras hingga melambung terlalu jauh.

Entah dapat insting dari mana, tapi “Pasukan Ciliwung” menyangka kalau bola itu pasti nyasar ke rumah Babah Alun. Mereka pun bergegas menuju ke rumah Babah Alun. Dengan mengendap-endap, mereka berlima menyusup ke rumah Babah Alun melalui tembok belakang. Setelah itu, mereka berpencar.

Tanpa sengaja, Jaka bertemu dengan seorang gadis tomboy yang bernama Sissy. Ternyata, dia adalah cucu Babah Alun. Sissy ingin bergabung dengan “Pasukan Ciliwung”. Tapi Jaka bersikeras menolak. Karena baginya, anak perempuan itu masalah dan merepotkan.

Sedangkan Ano yang bertubuh gempal malah sibuk makan di pabrik tahu. Ketika aksinya ketahuan oleh Sissy, Ano meminta maaf dan berjanji akan menuruti semua permintaan Sissy. Termasuk bergabung bersama Pasukan Ciliwung.

Sementara itu, Umar begitu terpesona melihat Babah Alun melakukan beberapa gerakan Taichi. Meski sudah berkali-kali dijelaskan, tapi Umar tetap mengira kalau Babah Alun adalah seorang master kungfu yang sedang berlatih.

Bukan hanya itu, Umar tetap bersikeras meminta Babah Alun untuk menerima dia dan teman-temannya sebagai murid. Begitu “Pasukan Ciliwung” berkumpul kembali, Ano malah hilang. Saat mereka tengah kebingungan, Ano muncul dari pintu depan sambil membawa oleh-oleh tahu pemberian Sissy.

Saat bertanding kasti dengan Adam cs pun tiba. Sayangnya, Ano tak bisa datang karena disuruh berlatih vocal. Sehingga “Pasukan Ciliwung” kekurangan orang. Untunglah Sissy datang menjadi penyelamat. Berkat Sissy pula, mereka bisa mengalahkan pertandingan tersebut dan berhak mewakili sekolah.

Setelah Sissy resmi bergabung, “Pasukan Ciliwung” sengaja membawanya ke base camp mereka. Di mana di tempat itu pula “Pasukan Ciliwung” menyimpan beberapa benda berharga serta foto masing-masing.

Di sisi lain, Sissy dipaksa ikut Mamanya ke Belanda. Dia tak mau, makanya lari ke rumah Babah Alun, mertua Mama. Ketika Sissy sedang menangis, Jaka memperegokinya. Untuk menghibur Sissy, Jaka sengaja mengajaknya jalan-jalan ke pasar malam berdua.

Begitu tahu base camp Pasukan Ciliwung sedang kosong, Adam cs sengaja datang dan merusak semuanya. Ketika tahu base camp mereka sudah berantakan, Pasukan Ciliwung bukannya berbenah. Mereka malah bertengkar dan saling menyalahkan. Hingga akhirnya Tirto memutuskan untuk keluar dari Pasukan Ciliwung.

Sementara itu, Sisi bertanya pada Babah Alun kenapa rumah mereka selalu tertutup. Kemudian Babah Alun bercerita, kalau dulu pintu rumahnya selalu terbuka untuk orang-orang kampung. Bahkan sering mengadakan “Tofu Party” atau pesta tahu.

Hingga satu waktu, ada salah seorang warga yang sakit demam berdarah. Namun, warga mengira dia sakit gara-gara limbah dari pabrik tahu Babah Alun. Padahal Babah Alun tak pernah membuang limbah tahu ke sungai. Semenjak saat itulah Babah Alun sengaja menutup diri dari warga kampung.

Kemudian Sissy mengusulkan agar Babah Alun mengadakan “Tofu Party” lagi. Selain untuk mempererat hubungan antar warga, Sissy juga berharap Pasukan Ciliwung akan kembali bersatu seperti dulu. Sebab Tanpa Tirto, Pasukan Ciliwung seperti kehilangan nyali. 

Begitu Tirto kembali, justru Sissy malah dijemput Mamanya. Untung saja, Tirto teringat pada foto yang pernah dipajang Sissy di base camp. Dengan berbekalkan foto tersebut, Pasukan Ciliwung mencari alamat rumah Sissy dan ketemu.
Memangnya bisa segampang itu? Rasanya, nggak deh!

Awalnya Mama Sissy tidak mengiinkan Sissy bergabung dengan Pasukan Ciliwung. Sissy berjanji, dia mau ikut ke Belanda asalkan diijnkan ikut festival getek bersama teman-temannya. Untunglah Papa tirinya mendukung, hingga akhirnya Mama Sissy ikut mengalah.

Dengan waktu yang semakin mepet, Pasukan Ciliwung mempersiapkan diri untuk ikut Festival. Sayangnya, Adam cs tak pernah berhenti mengganggu. Mereka sengaja menghancurkan getek milik Pasukan Ciliwung agar batal ikut festival.

Begitu tahu, hasil kerja keras mereka hancur berantakan, tentu saja Pasukan Ciliwung merasa kecewa. Meski demikian, mereka tidak putus asa. Dengan sisa waktu yang ada, mereka mengerahkan segala kemampuan untuk memperbaiki getek mereka.

Untunglah “Pasukan Ciliwung” bisa tampil tepat pada waktunya. Mereka menamakan diri grup “Bhineka” yang mencerminkan keragaman budaya Indonesia. Masing-masing anggota Pasukan Ciliwung mengenakan pakaian adat sesuai dengan suku bangsanya sendiri.


Ada satu hal yang aku garis bawahi di sini. Kalau tak salah getek itu rusak parah. Tapi kenapa, bisa diperbaiki dengan cepat? Kenapa pula mereka bisa tiba-tiba mempunyai ide seperti itu? Semuanya terlihat serba mendadak.

Ketika juri mengumukan siapa yang menjadi pemenang. Ternyata ada dua grup yang tepilih yakni Adam cs dan Pasukan Ciwung. Untuk memastikan siapa pemenangnya. Maka lomba dilanjutkan dengan mengayuh getek. Siapa yang cepat dialah yang menjadi pemenangnya.

Di luar dugaan, ada salah seorang anggota Adam cs yang jatuh tercebur ke dalam sungai. Reflek Tirto segera menyelamatkannya dan berhasil. Kini, Ayah Tirto tidak marah lagi, justru dia bangga pada anaknya.

Kemudian, Ayah Tirto juga bercerita kenapa selama ini dia melarang Tirto berenang. Dulu, waktu Tirto masih sangat kecil dia hampir saja hanyut terbawa banjir Ciliwung. Ibu Tirto berusaha menyelamatkannya tapi malah nyawanya tidak bisa tertolong.

Di saat yang sama, Bapak Tirto sedang mendalang sehingga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Karena alasan itulah kenapa dia berhenti mendalang dan memilih berjualan bakso. Berkat kejujuran dan kerja keras, akhirnya Pasukan Ciliwung berhasil menjadi juara.

Selepas festival tersebut, Sissy ikut Mamanya ke Belanda. Semenjak saat itu, mereka hanya bisa berkomunikasi melalui dunia maya. Kemudian pada malam Apresiasi Seni Sekolah, anggota Pasukan Ciliwung mempraktekkan kemampuan masing-masing.

Akhirnya, Ano mau menyanyi juga, dengan pilihan musik rap. Umar mempraktikkan jurus-jurus kungfu yang telah dia pelajari dari Babah Alun. Sementara Tirto memperagakan kemampuannya mendalang. Ternyata, Ano yang terpilih menjadi pemenangnya.

Sebenarnya fim ini cukup menarik. Selain menceritakan keberagaman budaya Indonesia, juga menyinggung tentang kebersihan lingkungan. Tapi entah kenapa, aku merasa kalau beberapa kejadian dalam film ini terkesan dipaksakan.

Mungkin niat awalnya, untuk mengejar bingkai cerita agar tetap utuh. Sayang, semua usaha itu malah membuat cerita menjadi tidak alami. Kemudian, dalam hal pemilihan tempat juga sama. Apa benar, saat ini air kali Ciliwung Jakarta bisa sebersih itu?

Diantara kedua film tersebut, mungkin hanya masalah setting tempat saja yang membuat keduanya tampak berbeda. Bila dalam film “Cita-citaku Setinggi Tanah” mengambil latar perkampungan di salah satu desa daerah Muntilan di kaki gunung Merapi.

Jadi wajar saja kalau konflik yang diangkat lebih sederhana. Sedangkan dalam film “Berandal-Berandal Ciliwung” mengambil latar perkampungan di perkotaan. Sehingga, konflik yang muncul pun menjadi lebih beragam.  

Bandung, 26 Nopember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...