Sabtu, 02 Februari 2013

Mama Cake

Pagi  itu, seperti biasanya aku membuka facebook untuk mengecek pekerjaan dan sejumlah info lainnya. Ternyata ada inbox dari salah seorang teman lama yang ada di Karawang. Alin You, namanya.
Dia bilang, mau minta bantuanku. Mulanya aku bingung, mau membantu apa? 
Ternyata dia baru menjadi salah seorang pemenang kuis di salah satu grup facebook. Hadiahnya, dua tiket gratis nonton premier film "Mama Cake" bersama kru Mizan. 
 Waa, kesempatan langka :)
Namun, karena jadwal tayangnya ternyata di hari kerja dan tentunya temanku itu tak bisa bolos dari kantornya. Akhirnya, dia menghibahkan tiket itu padaku. Alhamdulillah, kalo udah rezeki emang gak kemana :D
Kalau satu tiket buatku, berarti sisanya buat siapa? Hmm, bingung juga mau ngajak siapa, hehe... Soalnya, orang-orang yang rencananya bakal aku ajak, pasti pada sibuk kerja. Lain halnya kalo pas weekend, pasti banyak sukarelawan ^_^
Mulanya, aku coba mengehubungi Uchi. Sayangnya dia lagi di Medan. Mikir lagi, deh! Ngajak siapa lagi? Lalu, aku coba ngehubungi Teny. Untunglah dia mau dan kebetulan sedang tak sibuk. Akhirnya, aku dan Teny lah yang beruntung :D 


Kisah ini, berawal dari persahabatan antara tiga orang pemuda. Yakni Rakha, Willy, dan Rio. Di mana ketiganya memiliki karakter yang berbeda. Ada Rakha yang alim dan penurut, ada Willy turis lokal yang playboy, serta Rio seniman cinta yang sableng.
Petualangan selama 36 jam itu, bermula ketika Ayah Rakha menyuruh anaknya untuk membeli Brownies “Mama Cake” ke Bandung. Sesuai dengan amanat dari nenek Rakha yang sakit parah dan menginginkan brownies tersebut langsung dari pabriknya.
Parahnya, mereka bertiga harus kembali ke Jakarta tepat sebelum jam 1 siang. Padahal, jalanan tol yang macet memaksa mereka memutar arah, untuk mengambil jalur alternatif lain. Yakni via Karawang, Sadang, Subang, Lembang hingga akhirnya sampai ke Bandung.
Meski memang jadi lebih  jauh, tapi mereka tak punya pilihan lain. Sementara itu, Willy sengaja memaksa ikut dengan alasan ingin refreshing mumpung lagi weekend. Padahal dia ingin menemui cewek kenalan terbarunya di Bandung. Katanya sih cantik banget, indo Prancis.
Di tengah perjalanan, mobil mereka menabrak seorang pria gondrong yang menyebrang jalan tanpa sengaja. Rakha yang kebetulan memegang setir tentu saja panik, begitu pula dengan kedua temannya. Mereka bertiga shock, takut orang itu kenapa-napa.
Anehnya, orang itu tidak apa-apa. Dia juga tak luka ataupun cedera. Sepertinya, dia memang punya kelebihan. Dan ketika mereka hendak meneruskan perjalanan, Rio hilang. Rupanya dia sedang asyik bermain-main dengan kambing dan sapi.
Tentu aja, Rakha kesal. Dengan waktu yang semakin mepet, Rio malah asyik-asyikan main. Tak cukup sampai disitu, karena kebetulan searah, Rio malah mengajak orang itu ikut bersama mereka. Padahal Rakha dan Willy, menganggap orang itu sebagai sosok yang aneh
Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Rakha mencoba mengingatkan Willy agar berhenti berselingkuh dibelakang Loly, pacarnya. Dia kasihan pada Loly yang cantik dan begitu setia. Namun Willy selalu membohonginya. 
Selama ini, Rakha sudah mulai kesal dengan sifat playboy Willy. Sebagai teman baik, Rakha berharap agar Willy tidak menyia-nyiakan hubungan mereka yang sudah terjalin selama bertahun-tahun.
Sayangnya Willy salah paham. Dia mengira kalau Rakha terlalu ikut campur dengan kehidupan pribadinya. Dia malah mengejek Rakha sebagai anak yang terlalu penurut pada orang tua. Hingga tak pernah sadar, apa yang Rakha inginkan selama ini.
Ujung-ujungnya, mereka berdua bertengkar. Bahkan Rakha sengaja membuang ponsel milik Willy ke rerumputan yang ada dipinggir jalan. Tentu saja Willy marah-marah, baginya ponsel itu lebih penting dari segalanya. Selain menyimpan nomor-nomor cewek gebetannya selama ini. Ponsel itu juga menyimpan nama-nama klien kerjanya.
Akhirnya, mereka terpaksa menghentikan perjalanan untuk mencari ponsel tadi. Untunglah, ponsel itu bisa segera ditemukan. Tapi, mobil mereka tidak ada di tempatnya. Begitu pula dengan Rio. Padahal mereka pikir, Rio duduk dalam mobil menunggu.
Eh, ternyata Rio malah ada di seberang jalan, tetap asyik mengejar-ngejar kambing dan sapi. Sementara itu, mobil Rakha tetap raib entah kemana.  
Mereka bertiga kembali bertengkar, saling menyalahkan. Rakha sengaja naik angkot menuju Bandung untuk melaporkan mobilnya yang hilang. Lalu membeli brownies “Mama Cake” pesanan Neneknya dan berniat segera pulang kembali ke Jakarta.
Rio juga tak mau bersama Willy. Dia mengaku kesal dengan semua tingkah Willy yang sombong selama ini. Dia lebih memilih menyatu dengan alam. Kembali mengejar-ngejar kambing dan sapi hingga lupa waktu.
Akhirnya mereka bertiga berpencar. Rupanya, kejadian yang baru saja mereka alami itu, menjadi awal dari petualangan mereka.
Kembali ke Rakha..
Tanpa sengaja, Rakha bertemu seorang gadis cantik di toko Brownies. Penjual Brownies malah meminta keduanya berfoto agar bisa di pajang di toko mereka. Sesudah itu, Rakha buru-buru menuju ke stasiun untuk membeli tiket tujuan Jakarta.
Diluar dugaan, Rakha bertemu lagi dengan gadis tadi. Mawar namanya. Mereka pun berkenalan dan pergi makan di kantin stasiun. Sebelum berpisah, keduanya berharap bisa bertemu lagi di lain waktu.
Begitu duduk di kereta, Rakha baru sadar kalau brownies “Mama Cake” yang ada di tangannya telah hilang. Dia pun buru-buru turun dari kereta dan mencarinya kembali ke kantin. Sayang, brownies itu sudah tidak ada ditempatnya. Sementara, kereta tujuan Jakarta sudah berangkat lebih dulu.
Mau tak mau, Rakha harus kembali ke toko brownies “Mama Cake” tadi. Lalu, memesan tiket kereta lagi. Sayang, tiketnya sudah habis, karena kereta tujuan Jakarta hanya ada dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore. Jika tidak, dia harus naik bis atau travel.
Sebelum mendatangi full travel, Rakha malah bertemu dengan segerombolan preman. Mereka mengambil brownies, dompet, ponsel serta sepatu Rakha. Bahkan mereka juga sempat mengeroyok Rakha hingga babak belur.
Dengan langkah terhuyung Rakha mencari wartel, untuk mengabari ayahnya akan kondisinya serta minta dijemput pulang ke Jakarta. Setelah menasehati Rakha panjang lebar, akhirnya Ayah Raka bersedia menjemput dan menyuruhnya menunggu di Gedung Sate.
Rakha baru sadar kalau dirinya menelepon terlalu lama. Padahal tadi, dirinya meminta ijin menelepon hanya sebentar. Bahkan si penunggu wartel pun sudah berganti orang. Ketika tahu Rakha yang tak bisa membayar sepeserpun, orang itu pun mengejar-ngejar Rakha dan meneriakinya maling. Kontan orang-orang sekampung pun, ikut-ikutan mengejarnya.
Untunglah Rahka menemukan mobil pick up yang penuh dengan tomat. Dia pun segera bersembunyi dan ikut dalam mobil itu. Hingga akhirnya, dirinya tiba juga di depan Gedung Sate untuk menunggu jemputan.
Kembali ke Willy..
Akhirnya, Willy berhasil menemui gadis Indo Prancis kenalannya itu. Sayangnya sangat tidak sesuai dengan perkiraannya selama ini. ternyata gadis itu sangat gemuk dan hanya mengaku-ngaku Indo. Willy kecewa.
Kemudian dia kembali melakukan perjalanan untuk menemui cewek kenalannya yang lain. Hingga satu waktu, dia bertemu dengan seorang cewek, pacar salah seorang anggota genk motor. Keduanya pun pergi ke salah satu tempat terindah yang ada di kota Bandung. Begitu tahu, pacarnya bersama dengan pemuda asing. Maka sekelompok genk motor mendatangi keduanya serta mengeroyok Willy hingga pingsan.
Ada yang menarik di sini, saat roh Willy keluar dari tubuhnya. Kenapa decak darah yang ada dikaosnya lebih banyak dari kaos yang dipakai jasadnya? Tak percaya, buktikan sendiri..  Untunglah Willy terselamatkan oleh suara sirene. Mereka mengira polisi datang, padahal sebenarnya hanya suara ambulance :D
Begitu sadar, Willy buru-buru pergi dari tempat itu. Dia berjalan terseok-seok hingga akhirnya menemukan taksi dan menyetopnya. Dia meminta supir taksi mengantarkannya ke full travel. Akan tetapi, begitu melintas di depan Gedung Sate Willy melihat Rakha kedinginan dan sendirian. Willy pun memutuskan untuk turun dan menemani sahabatnya. 
Kembali ke Rio..
Sepeninggal kedua sahabatnya, Rio begitu bebas melakukan segala keinginannya sesuka hati. Ingin menyatu dengan alam, hingga membuang semua benda yang dia kenakan ditubuhnya selama ini. Mulai dari ponsel, jam tangan bahkan hingga sepatu.
Tanpa terasa, hari sudah semakin sore. Rio melangkah tanpa tujuan, menyusuri pematang. Tanpa sengaja, dirinya bertemu kembali dengan sosok aneh yang mereka temui tadi. Keduanya pun berjalan menuju Musholla kampung.
Suasana damai sangat terasa disekelilingnya. Orang aneh itu mengajak Rio untuk shalat berjamaah. Tapi, Rio menolaknya dengan halus. Dia bilang, saat ini dirinya belum siap. Orang aneh itu tidak marah, justru dia malah mengajari Rio bagaimana cara berwudhu dengan baik.
Tak hanya itu, dia juga mengatakan kalau shalat itu mengandung lima unsur yang tidak bisa dipisahkan. Pertama, saat kita berdiri kokoh, itu menandakan bahwa kita harus teguh pada pendirian dan pilihan hidup kita selama ini.
Kedua saat Ruku, itu menandakan bahwa kita harus menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jangan sampai mengorbankan suatu hal demi hal lain yang tidak ada manfaatnya. Ketiga saat Sujud, itu menandakan bahwa kita tak boleh sombong ataupun tinggi hati karena masih ada yang lebih tinggi dari posisi apapun di dunia ini, Yakni Allah SWT.
Keempat saat Salam, itu menandakan bahwa hidup kita di dunia ini tidak sendirian. Kita harus saling tolong menolong dengan sesama.
Begitulah Islam mengajarkan umatnya, untuk menjadi agama keselamatan bagi semua makhluk yang ada di dunia ini. Dan yang terakhir semua itu tak akan berarti apa-apa bila tidak dibarengi dengan ikhlas.
Kembali ke Gedung Sate..
Rakha dan Willy kembali berbaikan. Keduanya menunggu mobil jemputan yang dikirim ayah Rakha. Sambil menunggu, Willy sengaja menelepon pacarnya, Loly untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya selama ini.
Di luar dugaan, ternyata Loly sudah tahu semuanya. Meski demikian, dia tetap mau memaafkan Willy. Sementara itu, Rakha sengaja mengobrol dengan pemilik warung yang ada di depan Gedung Sate.
Tak lama berselang adzan Shubuh berkumandang, Rakha dan Willy pun shalat di mesjid terdekat. Usai shalat, sepupu Rakha datang untuk menjemput mereka berdua.
Namun sebelum kembali ke Jakarta, Rakha memaksa untuk mendatangi toko brownies “Mama Cake” yang masih tutup. Tentu aja, mana ada toko yang sudah buka, shubuh-shubuh begini.
Mulanya, pemilik toko tidak bersedia menemui keduanya dan dan meminta mereka kembali lagi nanti siang. Tentu saja Rakha menolak, karena dia ingin buru-buru kembali ke Jakarta dengan membawa brownies “Mama Cake” pesanan Neneknya.
Willy pun ikut membantu membujuk pemilik toko, agar mau menjual  brownies “Mama Cake” pada sahabatnya. Dia bilang, brownies itu adalah permintaan terakhir Nenek Rakha yang sudah sekarat.
Jika tidak dituruti, maka roh Nenek Rakha akan mendatangi tempat itu. Karena takut dihantui, akhirnya pemilik toko pun mengalah. Dia mau menjual brownies “Mama Cake” yang tinggal satu-satunya. Rakha dan Willy pun bisa bernafas lega.
Tanpa membuang waktu, kedua langsung bersiap untuk meneruskan perjalanan, untuk segera kembali ke Jakarta. Namun di tengah perjalanan, antara sadar dan tidak Rakha seperti melihat bayangan Rio.
Dia pun buru-buru menghentikan mobilnya. Lalu melangkah mengikuti instingnya. Sementara Willy dan sepupu Rakha hanya bengong dan mengikutinya dari belakang. Benar saja. Ternyata, mereka menemukan sosok Rio sedang tidur terlentang di sebuah Mushalla.
Sesudah itu, mereka kembali meneruskan perjalanan. Mungkin karena saking lelahnya, mereka semua tertidur pulas. Hanya menyisakan sepupu Rakha yang sedang menyetir. Karena merasa lapar dan tak ada seorang pun yang bisa diajak bicara, sepupu Rakha malah memakan brownies tadi.
Begitu tersadar kalau browniesnya sudah tidak utuh lagi. Rakha mulai emosi. Tak cukup sampai di situ, ketika lampu merah sepupu Rio malah memberikan sisa brownies tersebut pada anak-anak pengamen jalanan. Kontan, Rakha marah-marah.   
Willy dan Rio berusaha menenangkan sahabatnya. Mereka mencoba mencari brownies “Mama Cake” di cabang terdekat yang ada di Jakarta. Namun, semua stoknya kosong.  Hampir saja, Rakha putus asa. Jika tidak melihat penjual mawar.
Rakha langsung teringat mawar. Seorang gadis cantik kenalannya di stasiun. Sayang, dia lupa nomor Mawar karena ponselnya hilang. Biar begitu, Rakha tetap berusaha mengingatnya. Lalu menghubunginya secara acak.
Entah sudah berapa puluh kalinya salah sambung, hingga akhirnya tersambung juga dengan Mawar. Beruntung, Mawar masih memiliki brownies “Mama Cake” di rumahnya. Mawar pun menyuruh Rakha mengambilnya sendiri ke rumahnya.
Kemudian, Rakha bergegas menuju Rumah Sakit untuk menengok neneknya. Di dekat lift, Rakha bertemu kembali dengan sosok orang aneh yang mereka tabrak, tempo hari. Rakha pun segera menuju lantai tiga, kamar nomor 13.
Tapi ternyata kamar tersebut sudah kosong dan sedang dibereskan oleh petugas. Rakha lunglai dan terduduk lesu di lobi Rumah Sakit. Di luar dugaan, Rakha mendengar suara Nenek memanggil namanya dan mendekatinya.
Ketika melihat Rakha membawa brownies “Mama Cake” pesanannya, Nenek Rakha langsung memakannya dengan lahap. Rakha hanya memperhatikannya dengan tatapan puas. Akan tetapi, semua bayangan itu langsung buyar saat sepupu Rakha membangunkan Rakha dan memintanya untuk segera menemui Nenek di lantai atas.
Ah, rupanya tadi Rakha sempat terlelap. Lagipula dia salah lantai. Tadi dia malah mencari Neneknya di lantai dua. Padahal seharusnya, Nenek Rakha ada di lantai tiga.
Benar saja, begitu sampai di lantai tiga kamar nomor 13, semua sudah berkumpul termasuk Ayah Rakha. Sayang, Rakha sudah terlambat. Neneknya baru saja meninggal beberapa menit yang lalu. Sementara  brownies “Mama Cake” yang dibawanya, masih terlihat bersisa. Kalau memang Nenek Rakha sudah meninggal, lalu siapa yang memakannya barusan.?
At least, sebenarnya saya suka dengan alur film ini. Patut saya acungin dua jempollah. Dari sesuatu hal yang sederhana yakni amanat, membeli brownies di Bandung. Tapi bisa berkembang menjadi berbagai konflik, dengan penyelesaiannya yang apik.
Meski terkesan film humor, namun banyak pelajaran berharga yang bisa diraih penontonn. Seperti persahabatan, menjalankan amanah serta nilai-nilai keislaman.
Sayang sekali, hingga akhir kisah, saya belum menemukan apa hubungan antara Rakha, Nenek Rakha serta brownies “Mama Cake” itu?
******                                    




Bandung Indah Plaza, 13 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...