Senin, 01 Oktober 2012

Back to Lembang, yuk!


Artikel Wisata


Masa liburan adalah moment yang paling ditunggu semua orang, tak terkecuali saya. Tentu saja. Hanya pada masa liburanlah, kita bisa bersantai sejenak, bebas melakukan hal yang kita inginkan tanpa harus terburu-buru. Atau mungkin bisa sedikit refreshing dari padatnya rutinitas sehari-hari.
Ada beragam cara orang untuk mengisi waktu liburannya. Ada yang pergi ke gunung, ke pantai, ke tempat-tempat rekreasi, berkunjung ke museum, memancing, atau bahkan hanya bermalas-malasan di rumah. Semuanya, sah-sah saja, bukan?
Namun diantara sekian banyak tempat berlibur, saya lebih suka menikmati keindahan panorama pegunungan. Entah apa alasannya. Yang jelas, ada perasaan tentram saat menghirup udara pegunungan yang dingin.
Beruntung, saya mempunyai teman-teman yang memiliki hobi yang sama, yakni hiking ke gunung. Biasanya kami pergi beramai-ramai ketika akhir pekan atau memang saat sedang liburan. Biar hanya sekedar hiking ataupun sengaja bermalam dan kemping di sana.
Sayangnya, kegiatan seperti sudah lama berlalu. Kini, kami sudah sibuk dengan aktifitas masing-masing. Jangankan untuk hiking ke gunung seperti dulu, hanya untuk bertemu dan bersilaturahmi antara satu sama lain pun, rasanya sulit.
Nah, dari sekian banyak tempat yang sering kami kunjungi. Lembang menjadi salah satu tempat favorit, yang paling sering kami kunjungi.  Saking seringnya, hampir dua bulan sekali malah.
Maka ketika kami sempat bertemu, beberapa bulan yang lalu. Kami langsung memutuskan untuk kembali berjalan-jalan ke Lembang. Biarpun tak punya tujuan pasti, tapi kami tetap bersikikuh menuju lembang.
Sebenarnya, tak ada rencana pasti. Apalagi persiapan matang untuk melakukan perjalanan ini. Semua terasa begitu mendadak dan tiba-tiba. Inilah kisah perjalanan kami menuju Terminal Wisata Grafika Cikole - Lembang

Terminal Ledeng
“Terminal Ledeng jam delapan pagi. Jangan sampai telat!”
Saya ingat betul pesan itu. Meski saya tahu, sungguh mustahil bila itu terjadi. Saya tahu pasti, kebiasaan buruk teman-teman. Mereka tak pernah sekalipun, datang tepat waktu. Setidaknya, bakal selisih dua jam dari waktu yang telah ditentukan.
Tapi itu dulu. Dulu memang mereka seperti itu. Siapa tahu, mereka sudah berubah sekarang. Lagipula seandainya mereka begitu, toh saya tak boleh meniru kebiasaan buruknya. Ah sudahlah, apapun yang terjadi, saya akan berusaha datang tepat waktu.
Benar saja. Pukul delapan pagi, angkot yang saya tumpangi sudah memasuki terminal Ledeng. Sepertinya, tak ada seorang pun yang saya kenal di sana. Kemudian, saya beranjak ke gerbang sebelah kanan.
Namun tetap saja, teman-teman saya masih belum kelihatan. Yang ada malah pos pantauan mudik Lebaran tepat di depan terminal Ledeng. Pandangan ini pun langsung beralih pada sebuah bangku bambu kosong, tak jauh dari tempat saya berdiri.
Mungkin, para polisi itu yang sengaja menaruh bangku tersebut di sana. Saya buru-buru menduduki bangku tersebut, sebelum orang lain mendudukinya. Sesudah itu, saya mencoba menghubungi yang lain dan menanyakan di mana posisi mereka sekarang.
Ternyata, jawaban mereka cukup beragam. Ada yang sudah sampai di seberang terminal, ada yang masih dalam perjalanan. Ada pula yang belum merespon sama sekali. Baiklah, saya tunggu.
Akan tetapi, meski sudah menunggu lama dan mengobrol kemana-mana, mereka masih belum muncul juga. Tadinya, kami sengaja berjemur, menikmati kehangatan sinar Mentari pagi. Tapi, lambat laun, mulai terasa panas juga. Pantas, sudah jam sembilan pagi.
Saya kembali mengirim sms pada seorang teman yang rumahnya tak jauh dari terminal ini tapi tak balasan. Daripada penasaran, saya pun pun mencoba meneleponnya. Ternyata sama saja, tak ada yang mengangkatnya. Saya mulai curiga, jangan-jangan dia lupa dengan rencana ini. Ah, semoga saja tidak!
Tak lama berselang, teman-teman yang lain mulai berdatangan. Salah seorang diantaranya ada yang membawa mobil. Fuih, syukurlah. Dengan begitu, kami bisa lebih leluasa mengunjungi tempat-tempat yang ingin dituju. Tanpa harus sibuk, naik turun kendaraan umum dan juga tak perlu khawatir bila pulang kemalaman.
Sementara itu, teman yang saya telpon tadi baru membalas sms. Dia minta maaf,  tak merespon karena ketiduran. Gara-gara tadi malam begadang, katanya. Dia pun berjanji akan segera bergabung bersama kami.
Nah sekarang, sudah lengkap semua. Tak ada lagi orang yang kami tunggu. Meski demikian, kami tidak bisa buru-buru pergi. Sebagian diantara kami, masih ada yang belum sarapan. Kami tak ingin melakukan perjalanan dalam keadaan perut kosong.
Perjalanan ini untuk mencari kesenangan, tidak untuk mencari penyakit, bukan? Karena itulah, kami putuskan untuk berjalan-jalan sebentar mencari sarapan. Tepat dibelokan jalan Sersan Badjuri, kami disambut oleh tukang ojek yang biasa mangkal di sana.
.Mungkin mereka mengira kami adalah turis lokal yang bingung mencari tempat tujuan wisata. Hingga mereka berusaha menawarkan tumpangan. Padahal kami hanya ingin mencari sarapan. Jadi cukup menyusuri jalan saja, tak perlu naik ojeg.
Beruntung, kami menemukan sebuah café yang cukup nyaman. Letaknya juga tidak begitu jauh dari terminal Ledeng. Sambil menunggu yang lain sarapan, kami mengobrol lagi. Jelang pukul sepuluh, mereka baru menyelesaikan sarapannya. Tuuh, kan!
Pagi sudah beranjak pergi, Mentari pun sudah semakin tinggi. Tapi rasanya, saya sudah tak ingin mengeluh lagi. Bagaimanapun, kami baru akan memulai perjalanan ini.
****

Tak lama berselang, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki kawasan Lembang. Sayangnya, gara-gara ingin mencoba petualangan yang berbeda, kami malah bingung menentukan tempat tujuan.
Selain kebun stoberi serta Tangkuban Perahu, kami tak tahu lagi tujuan wisata lainnya. Maklum saja, selama ini kami hanya terbiasa berkeliling di kebun orang. Hingga kami tak pernah tahu, seberapa banyak tempat wisata yang ada di Lembang.
Ketika ada yang mengusulkan ke “Terminal Wisata Grafika Cikole.” kami langsung setuju. Selain baru mendengar namanya, kami juga tak punya ide lain. Katanya sih, tempat itu bagus dan layak dikunjungi. Hmm, benar nggak ya?
Tanpa bayangan sama sekali, kami mencoba mencarinya sendiri. Sementara itu, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki jalan Cikole–Tangkuban Perahu. Akan tetapi, “Terminal Wisata Grafika” yang kami cari, masih belum kelihatan.
Kami mulai khawatir, jangan-jangan tempat tersebut sudah terlewat tadi. Jika itu benar, terpaksa kami akan meneruskan perjalanan ke Tangkuban Perahu atau mungkin ke Ciater–Subang, sekalian.
Beruntung, kami membawa seorang sopir yang cukup jeli. Hingga kekhawatiran kami tidak perlu terjadi. Tiba-tiba saja, dia membelokkan mobil ke arah kiri. Rupanya, kami sudah sampai di “Terminal Wisata Grafika”
Benar saja. Semua tampak terlihat jelas, saat kami turun dari mobil. Ah, kenapa kami sampai tak sadar kalau ada plang besar bertuliskan “Terminal Wisata Grafika” sudah terpampang jelas dipinggir jalan. 
Nah, sebelum masuk ke area wisata, kami sengaja berfoto dulu di pintu masuk "Terminal Wisata Grafika". Barangkali nanti lupa :D














Terminal Wisata Grafika Cikole
Terminal Wisata Grafika Cikole sendiri berada di kaki gunung Tangkuban Perahu dengan ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Udara yang sejuk dengan suhu berkisar 20 derajat celcius. Berupa area berbukit yang dikelilingi hutan pinus, seluas delapan hektar .
Letaknya juga cukup strategis, karena berada tepat dipinggir jalan Raya Tangkuban Perahu KM 8 Cikole-Lembang. Sehingga mudah dijangkau dari arah mana pun, meski menggunakan kendaraan umum.
Sebagai tempat wisata yang terbilang baru, Terminal Wisata Grafika menawarkan berbagai fasilitas yang cukup lengkap. Diantaranya: penginapan, area game outbond, area kemping, hingga penangkaran rusa yang ada di kebun stroberi.
Sedangkan pada area kulinernya pun tak kalah menarik. Mereka  menyajikan menu Yang beragam. Mulai dari masakan tradisional seperti Sunda hingga masakan seafood serta chinese food. Biar begitu,  kami malah bingung mau memulai petualangan ini dari mana. 
Daripada berdebat gak karuan, kami malah membuat game sendiri, namanya "bolot-bolotan". Eit jangan ketawa dulu, game ini memerlukan daya ingat dan konsen yang tinggi, lho! Gak percaya, coba saja!

 


Main sudah, ngobrol juga sudah. Kini saatnya kami putuskan berkeliling dulu sebentar. Sambil melihat-lihat keadaan disekitar, kami juga mencari pemandangan yang indah untuk berfoto. Hmm, sesi berfoto ria memang susah buat dilupakan ^_^

 Penginapan
Dari area parkir, kami dapat melihat beragam fasilitas penginapan yang disediakan dengan jelas. Mulai dari Grafika Hotel, Pondok Wisata hingga Rumah Panggung.
Grafika Hotel menyediakan pemandangan balkon mengarah langsung ke bukit hutan pinus. Ada pula Pondok Wisata yang ada di atas bukit hutan pinus. Pondok ini, sengaja dirancang seperti pondok hutan dengan tungku perapian serta balkon menghadap ke lereng.
Namun, jika ingin merasa nyaman seperti di rumah sendiri, masih ada tempat alternatif lain yakni  Rumah Panggung. Di mana terdiri dua lantai dengan arsitektur bergaya Betawi dan Sunda yang berada di atas bukit.
Hmm, rasanya kami jadi tergoda ingin menginap semalam saja. Sayangnya tidak bisa, sebab kali ini kami memang tak berniat menginap. Mungkin, lain waktu kami bisa kembali bersama keluarga untuk mencoba menginap di sana.

Area Kuliner
Dari area parkir kami harus menuruni beberapa anak tangga hingga tiba di area kuliner. Aroma masakan tercium benar-benar menggugah selera. Perut kami yang sudah kenyang, mendadak menjadi lapar kembali :D
Ada beberapa pilihan tempat, yang bisa kita pilih untuk mengisi perut, diantaranya: Restoran Sunda Buana dengan balkon menghadap ke arah bukit hutan pinus dan dilengkapi fasilitas live musik.
Ada Restoran Sangkuriang dengan arsitektur bergaya bali dan pemandangan balkon menghadap ke arah bukit hutan pinus. Ada pula Saung Lesehan  di area lembah bukit hutan pinus dengan suasana alam dan air terjun mini dari atas bukit.
Selain itu ada juga Aula Bambu dengan konstruksi bangunan mengadopsi balai pertemuan desa beratap bambu di atas kolam ikan mas dan dilengkapi live musik. Serta Pendopo Hutan untuk menyelenggarakan pertemuan dan sajian prasmanan di atas bukit hutan pinus.
Untunglah kami masih belum melupakan niat semula. Yakni mencoba beberapa game out bond. Nah daripada berlama-lama berada di area kuliner ini, kami pun buru-buru meneruskaan perjalanan.

Area Out Bond
Dari area kuliner, kami berjalan menyusuri bukit hingga tiba di area motor ATV. Buat yang jarang berolah raga, mungkin cukup melelahkan juga pendakiannya. Membuat nafas ini sedikit tersengal
ATV sendiri merupakan singkatan dari All Terrain Vehicle yaitu motor roda empat yang dapat digunakan di segala medan. Di sini, tersedia fasilitas motor ATV 110 cc lengkap dengan tracknya. Nah, untuk mencoba out bond yang satu ini, hanya dikenakan biaya sebesar Rp.30.000/orang untuk 4X putaran.
Meski dari  penunjuk arah, kami masih berada di area motor ATV  tapi kami juga melihat ada beberapa kuda sewaan. Ah rupanya, Terminal Wisata Grafika ini juga menyediakan wisata berkuda.
Bagi yang baru belajar naik kuda, jangan khawatir. Karena ada petugas yang membantu menuntun kuda untuk menyusuri rute yang disediakan. Untuk menikmati wisata berkuda ini hanya dikenakan biaya Rp.15.000,-.
Oh ya, katanya wisata berkuda ini juga sering dijadikan terapi untuk melatih kepekaan. Hmm, benar gak, sih? Saya jadi penasaran untuk membuktikannya. Tapi  rupanya, saya sudah tertinggal jauh. Teman-teman sudah melangkah lebih dulu menuju area out bond.
Hei, tunggu!
Tak lama berselang, kami sudah tiba di area out bond. Hmm, banyak juga fasilitasnya. Ada jaring laba-laba, turun tebing, jembatan tali dua, jembatan Burma, jembatan elvis serta flying fox.
Sedangkan fasilitas out bond untuk anak-anak, berupa rumah pohon, jembatan gantung, jembatan goyang, jembatan oval serta masuk ke kebun stroberi. Mereka hanya perlu membayar tiket Rp.25.000/ anak.
Tanpa terasa, kaki ini sudah melangkah menuju area kemping. Bagi orang yang suka kemping seperti kami, area ini bisa dijadikan tempat favorit. Apalagi penyelenggara sengaja membuat pondasi dari papan untuk setiap tenda yang akan didirikan. Jadi, kami tak perlu khawatir tenda yang kita dirikan bakalan lembab. 


Ah ternyata, cape juga berkeliling. Sementara sebagian diantara kami, ada yang kekeuh penasaran ingin mencoba beberapa game out bond. Ya sudah, kami kembali ke tempat semula.
Bagi yang ingin mencoba beberapa game out bond sekaligus, hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 50.000. Di mana bisa menikmati lima pemainan sekaligus yakni jembatan tali, jembatan Burma, turun tebing serta dua kali flying fox.
Sayangnya, saat itu kami tidak bisa mencoba jembatan elvis, karena sedang tidak digunakan. Nah, buat yang hanya ingin mencoba satu permainan tinggal membayar Rp. 15.000 saja. Cukup murah bukan?


Sementara itu, sambil menunggu yang lain bermain, kami numpang istirahat di dekat kebun stroberi. Di sini ditanam 7000 pohon strawberry yang diletakkan dalam pollybag agar kesegaran buah strawberry tetap terjaga.
Untuk memasuki kebun strawberry, tiketnya cukup murah. hanya Rp.5.000 dan mendapatkan satu cup juice stroberi. Namun jika ingin memetik sendiri buah stroberi langsung dari pohonnya, kami harus membayar lagi Rp.50.000.
Selain itu, pengunjung juga masih dapat melihat dari dekat beberapa ekor Rusa Timor yang dipelihara di penangkaran. Bagaimana tidak lengkap, coba?
Tanpa terasa, hari sudah semakin siang. Pantas saja perut ini sudah semakin keroncongan. Saking asyiknya bermain out bond, hingga lupa kalau perut masih belum diisi makan siang.
Kami pun segera beranjak menuju ke area kuliner dan sengaja memilih saung lesehan. Alunan live music dari restoran yang ada diseberang, menemani kami menikmati beragam menu yang telah dipesan.
Angin yang terus berembus semilir, membuat kami semakin betah dan terkantu-kantuk. Sayang, hari sudah semakin sore dan kami harus segera pulang. Jika tak ingin kemalaman di jalan. Perjalanan di akhir pekan seperti ini, pasti sangat jauh dari kata lancar. 
Sebenarnya masih ada tempat yang belum kami kunjungi, yakni kebun stroberi serta penangkaran rusa. Tapi mungkin di lain waktu, kami masih bisa kembali ke tempat ini dan melanjutkan perjalanan.
****


Cikole Lembang, 25 Agustus 2012

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...