Kamis, 12 Februari 2015

Ingin Kembali

Untuk kesekian kalinya, aku kembali menguap. Ah ternyata, hari sudah larut malam. Pantas saja, suasana di sekelilingku sudah semakin sepi. Sayangnya, tidak ada tanda-tanda bahwa pekerjaan yang ada dihadapanku akan cepat selesai.

Aku kembali menarik nafas berat. Sebenarnya sudah ada agenda, besok pagi. Lebih tepatnya, acara liburan keluarga. Sungguh, bukan aku lupa. Aku hanya ingin menyelesaikan semua pekerjaan ini, sebelum pergi. Tapi ternyata tidak bisa. 

“Tinggalkan saja, pekerjaanmu! Kalau mengurusi pekerjaan terus, mau sampai kapan?" ujar sepupuku diujung telpon.
"Tubuhmu juga butuh istirahat dan refreshing," katanya lagi mengingatkan 
Benar juga. Sepertinya aku harus menuruti saran sepupuku, kali ini. Kemudian aku mengklik tombol shut down untuk mematikan computer dan berusaha untuk segera tidur.

Dua jam sebelum keberangkatan...
Meski waktu keberangkatan sudah semakin dekat, aku masih tetap santai dan belum bersiap-siap. Jangankan berkemas, justru aku masih bimbang antara ikut atau tidak. Jujur saja, aku masih merasa tak tenang bila harus meninggalkan tumpukan pekerjaan.

Mungkin badanku bisa sedikit rileks di bawah alam terbuka, nanti. Tetap saja, hatiku masih merasa tak tenang. Tapi di sisi lain, kapan lagi ada kesempatan seperti ini? Hingga akhirnya aku putuskan untuk ikut pergi. Masalah pekerjaan yang tertunda, itu urusan belakangan.
Dengan sisa waktu yang ada, aku mencoba berkemas. Bahkan aku sengaja naik ojeg untuk menghemat waktu dan tenaga. Tapi ternyata mobilnya masih belum datang. Fuih, syukurlah tidak tertinggal rombongan.
                                                        *****

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, kami akan pergi berkunjung ke Taman Buah Mekarsari Bogor. Sayangnya diantara kami berdelapan, tidak ada seorangpun yang tahu dan pernah mendatangi tempat tersebut. Kami hanya meraba-raba atas petunjuk teman serta mengandalkan informasi yang kami dapatkan seadanya dari website.
Kami pikir, mengambil jalur tol akan lebih cepat. Ternyata, dugaan kami meleset. Justru kami malah terjebak di pintu tol lingkar luar Jakarta dan harus mengambil jalan memutar ke kiri dan ujung-ujungnya malah terjebak macet di derah CIleungsi. Hingga akhirnya, kami bisa keluar dari kemacetan dan tiba di tempat tujuan, dengan susah payah.


Di tempat ini, kami harus membayar tiket masuk. Karena datang di hari jumat, maka kami harus membayar tiket Rp 15.000/org serta tiket parkir Rp 10.000 untuk mobil yang kami tumpangi. Sesudah itu, kami baru bisa memasuki kawasan seluas 248 Ha.
 
Hari sudah semakin siang dan perutpun sudah semakin keroncongan. Sayangnya, kami belum bisa menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat. Tapi daripada masuk angin karena belum sarapan, kami putuskan untuk beristirahat di tempat terdekat. Kira-kira di sisi sebelah kiri dari gerbang utama.



Meski demikian, kami masih tetap penasaran dengan sebuah taman keluarga yang terletak di dekat danau. Kata orang, tempatnya bagus. Jadi kami tidak boleh melewatkannya dan ingin melepas lelah di sana. Akan tetapi dengan lahan seluas itu, bagaimana mungkin kami bisa menemukannya.
Setelah mengisi perut dan melepas lelah, barulah kami beranjak ke pusat informasi. Kebetulan bulan Mei sedang promo bulan Jeruk. Saat itu kami memilih paket keluarga, dimana masing-masing orang harus membayar Rp 50.000,-
 

Dari bagian informasi, kami disarankan naik kereta yang sudah disediakan untuk berkeliling. Tentu saja, mana mungkin kami bisa mengitari taman seluas ini hanya dengan berjalan kaki. Dengan harga tiket Rp 10.000/org.


Di hari jumat, pihak penyelenggara memberikan pelayanan gratis dari kereta. Sehingga, kami tidak perlu membayar tiket kereta. Dengan kata lain, kami diantar berkeliling dengan gratis. Bukan hanya itu, kami juga ditemani seorang pemandu yang menerangkan semua kebun yang kami lalui saat ini.
Di kebun salak, kereta berhenti sebentar. Di tempat itu, kami menukarkan kupon yang ada dengan ½ kg salak pondoh untuk masing-masing orang. Lalu, perjalanan kami lanjutkan kembali.
 
Ketika tiba di kebun belimbing, kereta kembali berhenti dan kami menukarkan kupon lagi. Kali ini, kami dipersilahkan untuk mencicipi buah belimbing yang dipanen di tempatnya. Serta mendapatkan satu buah belimbing besar, sebagai oleh-oleh. 


Selain belimbing, ada pula beberapa buah lain yang dijual disna. Tapi, diantara sekian banyak buah yang ada, kami hanya tertarik pada buah Jamaica dan sawo kecik. Kenapa? Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan kedua buah tersebut. 

Hanya saja, kami cukup terheran-heran dengan harga jual buah Jamaica yang melambung. Bayangkan saja untuk 1 kg buah jamaica dihargai Rp 30.000,- tapi hanya berisi 2 buah. Ck... ck… mahal amat! Sekalipun kami sangat menginginkan buah itu, rasa-rasanya kami harus berpikir ulang.

 


Nah kalau sawo kecik, lain lagi ceritanya. Jenis sawo ini, jumlahnya terbatas. Karena dulunya  hanya tumbuh di lingkungan istana dan hanya menjadi konsumsi para bangsawan di keraton Solo. Bentuknya memang lain dari sawo biasa, sawo kecik ini lebih kecil dan bentuknya kira-kira mirip seperti biji kopi. 
 


Setelah puas bertanya-tanya tentang kedua buah tadi, perjalanan kami lanjutkan kembali dan berhenti di kebun buah Ambiu. Atau lebih dikenal dengan sebutan sawo Australia. 
Di tempat tersebut, kami diberi kesempatan untuk mencicipinya. Rasanya sangat manis dan membuat kami ketagihan. Sayangnya, tidak dijual di tempat manapun. Bukan hanya itu, kami juga dibekali jus dalam kemasan. Sayangnya hanya ada dua pilihan rasa, yakni jambu biji dan sirsak. 

Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju kebun jeruk. Di mana pada bulan Mei ini,, sedang panen jeruk. Karena itulah, kami diberi kesempatan untuk masuk ke kebun jeruk dan memetik langsung dari pohonnya. Tentu saja, kami sangat senang sekali.

Apalagi ketika seorang pemandu memberi kami kantung plastik masing-masing satu, kami sudah kegirangan. Aku sudah yakin, kami  boleh memetik jeruk sepuas hati. Ternyata dugaan ini meleset, kami hanya diperbolehkan memetik satu buah saja, hehe… 
"Terlalu bersemangat sih!"

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga. JIka diperhitungkan, rata-rata pengunjung per hari sekian ratus orang dan masing-masing orang memetik 1 kg, bisa-bisa buah jeruknya bakalan habis, hehe...
Nah, setelah berpanas-panas ria di kebun jeruk, kami juga diberi satu gelas orange juice per-orang. Benar-benar menyegarkan! Ah tentu saja, toh langsung dibuat dari kebunnya.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan terakhir menuju sebuah danau. Ada beberapa macam permainan air di sana. Usut punya usut, ternyata di sanalah taman keluarga yang kami cari sedari tadi.

Sebelum pulang, kami juga harus mengambil souvernir berupa cangkir dan bibit tanaman yang boleh kami pilih sendiri. Ada bibit jeruk, jambu melon serta mangga. Aku sengaja  memilih jambu melon karena penasaran dengan buahnya.
                                     *****
Selepas ashar, kami memutuskan pulang. Khawatir kemalaman di jalan. Kali ini, kami memutuskan untuk tidak melalui jalan tol lagi. Sepupuku bilang jalur ke arah jonggol jauh lebih cepat dan tidak macet. Kami sih menurut saja, yang penting tiba di rumah dengan cepat dan selamat.

Memang benar sih, tidak macet tapi jujur saja jalanannya masih berbukit-bukit dan tidak rata. Bukan hanya itu, meski sudah hampir tiga jam perjalanan, kami masih belum memasuki kota terdekat. 
Ah semoga kami tidak tersasar!

Ternyata sepupuku yang menjadi penunjuk jalan itu, tertidur saat mobil yang dia tumpanginya melalui jonggol. Ah pantas saja, dia bilang dekat, disambi tidur tho?

Apapun alasannya, aku benar-benar bersyukur bisa ikut liburan keluarga kali ini. Aku sungguh tidak menyesal meski harus meninggalkan pekerjaan. Rasanya, aku ingin kembali berlibur ke sana sekalipun harus menunggu waktu yang tepat. Jadi, kapan ya?



Taman Buah Mekarsari, Mei 2012 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...