Pagi itu, seperti biasanya aku membuka facebook untuk mengecek pekerjaan dan sejumlah info lainnya. Ternyata ada inbox dari salah seorang teman lama yang ada di Karawang. Alin You, namanya.
Dia bilang, mau minta bantuanku. Mulanya aku bingung, mau membantu apa?
Ternyata dia baru menjadi salah seorang pemenang kuis di salah satu grup facebook. Hadiahnya, dua tiket gratis nonton premier film "Mama Cake" bersama kru Mizan.
Waa, kesempatan langka :)
Namun, karena jadwal tayangnya ternyata di hari kerja dan tentunya temanku itu tak bisa bolos dari kantornya. Akhirnya, dia menghibahkan tiket itu padaku. Alhamdulillah, kalo udah rezeki emang gak kemana :D
Kalau satu tiket buatku, berarti sisanya buat siapa? Hmm, bingung juga mau ngajak siapa, hehe... Soalnya, orang-orang yang rencananya bakal aku ajak, pasti pada sibuk kerja. Lain halnya kalo pas weekend, pasti banyak sukarelawan ^_^
Mulanya, aku coba mengehubungi Uchi. Sayangnya dia lagi di Medan. Mikir lagi, deh! Ngajak siapa lagi? Lalu, aku coba ngehubungi Teny. Untunglah dia mau dan kebetulan sedang tak sibuk. Akhirnya, aku dan Teny lah yang beruntung :D
Kisah ini, berawal dari persahabatan antara tiga orang pemuda. Yakni Rakha, Willy, dan Rio. Di mana
ketiganya memiliki karakter yang berbeda. Ada Rakha yang alim dan penurut, ada
Willy turis lokal yang playboy, serta Rio seniman cinta yang sableng.
Petualangan
selama 36 jam itu, bermula ketika Ayah Rakha menyuruh anaknya untuk membeli Brownies “Mama
Cake” ke Bandung. Sesuai dengan amanat dari nenek Rakha yang sakit parah dan
menginginkan brownies tersebut langsung dari pabriknya.
Parahnya, mereka bertiga harus
kembali ke Jakarta tepat sebelum jam 1 siang. Padahal, jalanan tol yang macet
memaksa mereka memutar arah, untuk mengambil jalur alternatif lain. Yakni via
Karawang, Sadang, Subang, Lembang hingga akhirnya sampai ke Bandung.
Meski memang jadi lebih jauh, tapi mereka tak punya pilihan lain. Sementara
itu, Willy sengaja memaksa ikut dengan alasan ingin refreshing mumpung lagi weekend.
Padahal dia ingin menemui cewek kenalan terbarunya di Bandung. Katanya sih
cantik banget, indo Prancis.
Di tengah perjalanan, mobil mereka menabrak seorang pria
gondrong yang menyebrang jalan tanpa sengaja. Rakha yang kebetulan memegang
setir tentu saja panik, begitu pula dengan kedua temannya. Mereka bertiga shock, takut orang itu kenapa-napa.
Anehnya, orang itu tidak apa-apa. Dia juga tak luka ataupun
cedera. Sepertinya, dia memang punya kelebihan. Dan ketika mereka hendak
meneruskan perjalanan, Rio hilang. Rupanya dia sedang asyik bermain-main dengan
kambing dan sapi.
Tentu aja, Rakha kesal. Dengan waktu yang semakin mepet, Rio
malah asyik-asyikan main. Tak cukup sampai disitu, karena kebetulan searah, Rio
malah mengajak orang itu ikut bersama mereka. Padahal Rakha dan Willy,
menganggap orang itu sebagai sosok yang aneh
Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Rakha mencoba
mengingatkan Willy agar berhenti berselingkuh dibelakang Loly, pacarnya. Dia
kasihan pada Loly yang cantik dan begitu setia. Namun Willy selalu
membohonginya.
Selama ini, Rakha sudah mulai kesal dengan sifat playboy Willy. Sebagai teman baik, Rakha
berharap agar Willy tidak menyia-nyiakan hubungan mereka yang sudah terjalin
selama bertahun-tahun.
Sayangnya Willy salah paham. Dia mengira kalau Rakha terlalu
ikut campur dengan kehidupan pribadinya. Dia malah mengejek Rakha sebagai anak
yang terlalu penurut pada orang tua. Hingga tak pernah sadar, apa yang Rakha inginkan
selama ini.
Ujung-ujungnya, mereka berdua bertengkar. Bahkan Rakha
sengaja membuang ponsel milik Willy ke rerumputan yang ada dipinggir jalan.
Tentu saja Willy marah-marah, baginya ponsel itu lebih penting dari segalanya.
Selain menyimpan nomor-nomor cewek gebetannya selama ini. Ponsel itu juga
menyimpan nama-nama klien kerjanya.
Akhirnya, mereka terpaksa menghentikan perjalanan untuk
mencari ponsel tadi. Untunglah, ponsel itu bisa segera ditemukan. Tapi, mobil
mereka tidak ada di tempatnya. Begitu pula dengan Rio. Padahal mereka pikir,
Rio duduk dalam mobil menunggu.
Eh, ternyata Rio malah ada di seberang jalan, tetap asyik mengejar-ngejar
kambing dan sapi. Sementara itu, mobil Rakha tetap raib entah kemana.
Mereka bertiga kembali bertengkar, saling menyalahkan. Rakha
sengaja naik angkot menuju Bandung untuk melaporkan mobilnya yang hilang. Lalu
membeli brownies “Mama Cake” pesanan Neneknya dan berniat segera pulang kembali
ke Jakarta.
Rio juga tak mau bersama Willy. Dia mengaku kesal dengan
semua tingkah Willy yang sombong selama ini. Dia lebih memilih menyatu dengan
alam. Kembali mengejar-ngejar kambing dan sapi hingga lupa waktu.
Akhirnya mereka bertiga berpencar. Rupanya, kejadian yang
baru saja mereka alami itu, menjadi awal dari petualangan mereka.
Kembali ke Rakha..
Tanpa sengaja, Rakha bertemu seorang gadis cantik di toko
Brownies. Penjual Brownies malah meminta keduanya berfoto agar bisa di pajang
di toko mereka. Sesudah itu, Rakha buru-buru menuju ke stasiun untuk membeli
tiket tujuan Jakarta.
Diluar dugaan, Rakha bertemu lagi dengan gadis tadi. Mawar
namanya. Mereka pun berkenalan dan pergi makan di kantin stasiun. Sebelum
berpisah, keduanya berharap bisa bertemu lagi di lain waktu.
Begitu duduk di kereta, Rakha baru sadar kalau brownies
“Mama Cake” yang ada di tangannya telah hilang. Dia pun buru-buru turun dari
kereta dan mencarinya kembali ke kantin. Sayang, brownies itu sudah tidak ada
ditempatnya. Sementara, kereta tujuan Jakarta sudah berangkat lebih dulu.
Mau tak mau, Rakha harus kembali ke toko brownies “Mama
Cake” tadi. Lalu, memesan tiket kereta lagi. Sayang, tiketnya sudah habis,
karena kereta tujuan Jakarta hanya ada dua kali dalam sehari, yakni pagi dan
sore. Jika tidak, dia harus naik bis atau travel.
Sebelum mendatangi full
travel, Rakha malah bertemu dengan segerombolan preman. Mereka mengambil
brownies, dompet, ponsel serta sepatu Rakha. Bahkan mereka juga sempat mengeroyok
Rakha hingga babak belur.
Dengan langkah terhuyung Rakha mencari wartel, untuk
mengabari ayahnya akan kondisinya serta minta dijemput pulang ke Jakarta.
Setelah menasehati Rakha panjang lebar, akhirnya Ayah Raka bersedia menjemput
dan menyuruhnya menunggu di Gedung Sate.
Rakha baru sadar kalau dirinya menelepon terlalu lama.
Padahal tadi, dirinya meminta ijin menelepon hanya sebentar. Bahkan si penunggu
wartel pun sudah berganti orang. Ketika tahu Rakha yang tak bisa membayar
sepeserpun, orang itu pun mengejar-ngejar Rakha dan meneriakinya maling. Kontan
orang-orang sekampung pun, ikut-ikutan mengejarnya.
Untunglah Rahka menemukan mobil pick up yang penuh dengan tomat. Dia pun segera bersembunyi dan
ikut dalam mobil itu. Hingga akhirnya, dirinya tiba juga di depan Gedung Sate
untuk menunggu jemputan.
Kembali ke Willy..
Akhirnya, Willy berhasil menemui gadis Indo Prancis
kenalannya itu. Sayangnya sangat tidak sesuai dengan perkiraannya selama ini.
ternyata gadis itu sangat gemuk dan hanya mengaku-ngaku Indo. Willy kecewa.
Kemudian dia kembali melakukan perjalanan untuk menemui
cewek kenalannya yang lain. Hingga satu waktu, dia bertemu dengan seorang
cewek, pacar salah seorang anggota genk motor. Keduanya pun pergi ke salah satu
tempat terindah yang ada di kota Bandung. Begitu tahu, pacarnya bersama dengan
pemuda asing. Maka sekelompok genk motor mendatangi keduanya serta mengeroyok
Willy hingga pingsan.
Ada yang menarik di sini, saat roh Willy keluar dari
tubuhnya. Kenapa decak darah yang ada dikaosnya lebih banyak dari kaos yang
dipakai jasadnya? Tak percaya, buktikan sendiri.. Untunglah Willy terselamatkan oleh suara sirene.
Mereka mengira polisi datang, padahal sebenarnya hanya suara ambulance :D
Begitu sadar, Willy buru-buru pergi dari tempat itu. Dia
berjalan terseok-seok hingga akhirnya menemukan taksi dan menyetopnya. Dia
meminta supir taksi mengantarkannya ke full
travel. Akan tetapi, begitu melintas di depan Gedung Sate Willy melihat
Rakha kedinginan dan sendirian. Willy pun memutuskan untuk turun dan menemani
sahabatnya.
Kembali ke Rio..
Sepeninggal kedua sahabatnya, Rio begitu bebas melakukan
segala keinginannya sesuka hati. Ingin menyatu dengan alam, hingga membuang
semua benda yang dia kenakan ditubuhnya selama ini. Mulai dari ponsel, jam
tangan bahkan hingga sepatu.
Tanpa terasa, hari sudah semakin sore. Rio melangkah tanpa
tujuan, menyusuri pematang. Tanpa sengaja, dirinya bertemu kembali dengan sosok
aneh yang mereka temui tadi. Keduanya pun berjalan menuju Musholla kampung.
Suasana damai sangat terasa disekelilingnya. Orang aneh itu
mengajak Rio untuk shalat berjamaah. Tapi, Rio menolaknya dengan halus. Dia
bilang, saat ini dirinya belum siap. Orang aneh itu tidak marah, justru dia
malah mengajari Rio bagaimana cara berwudhu dengan baik.
Tak hanya itu, dia juga mengatakan kalau shalat itu
mengandung lima unsur yang tidak bisa dipisahkan. Pertama, saat kita berdiri kokoh, itu menandakan bahwa kita harus
teguh pada pendirian dan pilihan hidup kita selama ini.
Kedua saat Ruku, itu menandakan bahwa
kita harus menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jangan sampai mengorbankan
suatu hal demi hal lain yang tidak ada manfaatnya. Ketiga saat Sujud, itu menandakan bahwa kita tak boleh sombong
ataupun tinggi hati karena masih ada yang lebih tinggi dari posisi apapun di
dunia ini, Yakni Allah SWT.
Keempat saat Salam, itu menandakan bahwa
hidup kita di dunia ini tidak sendirian. Kita harus saling tolong menolong
dengan sesama.
Begitulah Islam mengajarkan umatnya, untuk menjadi agama
keselamatan bagi semua makhluk yang ada di dunia ini. Dan yang terakhir semua
itu tak akan berarti apa-apa bila tidak dibarengi dengan ikhlas.
Kembali ke Gedung Sate..
Rakha dan Willy kembali berbaikan. Keduanya menunggu mobil
jemputan yang dikirim ayah Rakha. Sambil menunggu, Willy sengaja menelepon
pacarnya, Loly untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya selama
ini.
Di luar dugaan, ternyata Loly sudah tahu semuanya. Meski
demikian, dia tetap mau memaafkan Willy. Sementara itu, Rakha sengaja mengobrol
dengan pemilik warung yang ada di depan Gedung Sate.
Tak lama berselang adzan Shubuh berkumandang, Rakha dan
Willy pun shalat di mesjid terdekat. Usai shalat, sepupu Rakha datang untuk
menjemput mereka berdua.
Namun sebelum kembali ke Jakarta, Rakha memaksa untuk
mendatangi toko brownies “Mama Cake” yang masih tutup. Tentu aja, mana ada toko
yang sudah buka, shubuh-shubuh begini.
Mulanya, pemilik toko tidak bersedia menemui keduanya dan
dan meminta mereka kembali lagi nanti siang. Tentu saja Rakha menolak, karena
dia ingin buru-buru kembali ke Jakarta dengan membawa brownies “Mama Cake”
pesanan Neneknya.
Willy pun ikut membantu membujuk pemilik toko, agar mau
menjual brownies “Mama Cake” pada
sahabatnya. Dia bilang, brownies itu adalah permintaan terakhir Nenek Rakha
yang sudah sekarat.
Jika tidak dituruti, maka roh Nenek Rakha akan mendatangi
tempat itu. Karena takut dihantui, akhirnya pemilik toko pun mengalah. Dia mau
menjual brownies “Mama Cake” yang tinggal satu-satunya. Rakha dan Willy pun
bisa bernafas lega.
Tanpa membuang waktu, kedua langsung bersiap untuk
meneruskan perjalanan, untuk segera kembali ke Jakarta. Namun di tengah
perjalanan, antara sadar dan tidak Rakha seperti melihat bayangan Rio.
Dia pun buru-buru menghentikan mobilnya. Lalu melangkah
mengikuti instingnya. Sementara Willy
dan sepupu Rakha hanya bengong dan mengikutinya dari belakang. Benar saja.
Ternyata, mereka menemukan sosok Rio sedang tidur terlentang di sebuah Mushalla.
Sesudah itu, mereka kembali meneruskan perjalanan. Mungkin
karena saking lelahnya, mereka semua tertidur pulas. Hanya menyisakan sepupu
Rakha yang sedang menyetir. Karena merasa lapar dan tak ada seorang pun yang
bisa diajak bicara, sepupu Rakha malah memakan brownies tadi.
Begitu tersadar kalau browniesnya sudah tidak utuh lagi.
Rakha mulai emosi. Tak cukup sampai di situ, ketika lampu merah sepupu Rio
malah memberikan sisa brownies tersebut pada anak-anak pengamen jalanan.
Kontan, Rakha marah-marah.
Willy dan Rio berusaha menenangkan sahabatnya. Mereka
mencoba mencari brownies “Mama Cake” di cabang terdekat yang ada di Jakarta.
Namun, semua stoknya kosong. Hampir
saja, Rakha putus asa. Jika tidak melihat penjual mawar.
Rakha langsung teringat mawar. Seorang gadis cantik
kenalannya di stasiun. Sayang, dia lupa nomor Mawar karena ponselnya hilang. Biar
begitu, Rakha tetap berusaha mengingatnya. Lalu menghubunginya secara acak.
Entah sudah berapa puluh kalinya salah sambung, hingga
akhirnya tersambung juga dengan Mawar. Beruntung, Mawar masih memiliki brownies
“Mama Cake” di rumahnya. Mawar pun menyuruh Rakha mengambilnya sendiri ke
rumahnya.
Kemudian, Rakha bergegas menuju Rumah Sakit untuk menengok
neneknya. Di dekat lift, Rakha bertemu kembali dengan sosok orang aneh yang
mereka tabrak, tempo hari. Rakha pun segera menuju lantai tiga, kamar nomor 13.
Tapi ternyata kamar tersebut sudah kosong dan sedang
dibereskan oleh petugas. Rakha lunglai dan terduduk lesu di lobi Rumah Sakit.
Di luar dugaan, Rakha mendengar suara Nenek memanggil namanya dan mendekatinya.
Ketika melihat Rakha membawa brownies “Mama Cake”
pesanannya, Nenek Rakha langsung memakannya dengan lahap. Rakha hanya
memperhatikannya dengan tatapan puas. Akan tetapi, semua bayangan itu langsung
buyar saat sepupu Rakha membangunkan Rakha dan memintanya untuk segera menemui
Nenek di lantai atas.
Ah, rupanya tadi Rakha sempat terlelap. Lagipula dia salah
lantai. Tadi dia malah mencari Neneknya di lantai dua. Padahal seharusnya,
Nenek Rakha ada di lantai tiga.
Benar saja, begitu sampai di lantai tiga kamar nomor 13,
semua sudah berkumpul termasuk Ayah Rakha. Sayang, Rakha sudah terlambat.
Neneknya baru saja meninggal beberapa menit yang lalu. Sementara brownies “Mama Cake” yang dibawanya, masih
terlihat bersisa. Kalau memang Nenek Rakha sudah meninggal, lalu siapa yang
memakannya barusan.?
At least, sebenarnya saya suka dengan alur
film ini. Patut saya acungin dua jempollah. Dari sesuatu hal yang sederhana
yakni amanat, membeli brownies di Bandung. Tapi bisa berkembang menjadi
berbagai konflik, dengan penyelesaiannya yang apik.
Meski terkesan film humor, namun banyak pelajaran berharga
yang bisa diraih penontonn. Seperti persahabatan, menjalankan amanah serta
nilai-nilai keislaman.
Sayang sekali, hingga akhir kisah, saya belum menemukan apa
hubungan antara Rakha, Nenek Rakha serta brownies “Mama Cake” itu?
******
Bandung Indah Plaza, 13 September 2012