Satu waktu, salah seorang kenalan bertanya, "Maaf, punya novel Dorama Sepasang Albana?" tanyanya.
Meski kepala ini menggeleng, tapi tiba-tiba saja pikiranku melayang pada sebuah buku dengan background biru dan seorang wanita berjilbab putih.
Dulu, aku memang pernah melihatnya di toko buku langgananku. Saat itu, aku hanya meliriknya sepintas. Kurasa itu hanya novel religius biasa, apa menariknya? Ternyata, setelah berbincang sebentar dengan kenalanku ini, barulah aku tahu termasuk salah satu novel best seller yang ada di negeri kita.
Akhirnya, aku mulai penasaran dan ingin membacanya juga. Sayang, stocknya sudah habis dimana-mana. Aku kecewa. Terpaksa aku terus mencarinya di beberapa blog teman dan toko buku online
Sungguh aku menyesal, kenapa bukan dari dulu saja, aku membeli dan membacanya. Terkadang manusia memang seperti itu. Hanya mengukur sesuatu dari tampilan luarnya saja. Aku juga sama. Padahal, Allah tidak begitu, kan?
Lambat laun, aku baru tahu kalau penulisnya yakni mba Ary Nur adalah salah seorang pemenang sayembara novel yang diadakan Mizan hingga naskahnya sampai mendapat kesempatan untuk dibukukan oleh salah satu penerbit besar di Indonesia.
Sayang sekali, bukan itu yang menjadi topik bahasan kita kali ini. Sebab, aku malah tertarik dengan novel kelanjutannya yang berjudul "Dilatasi Memori." Kenapa? karena dengan membacanya saja, aku seperti tersadarkan bahwa aku masih punya mimpi yang sempat terlupakan.
Ketika semua orang telah sibuk dengan mimpi masing-masing. Bolehkah aku ikut merasakannya juga? Aku juga manusia biasa, sama seperti mereka. Aku juga punya impian, sama seperti tokoh Rani dan Ryan yang ada dalam novel tersebut.
Jujur kuakui, kalau selama ini aku terlalu sibuk dengan urusan yang
tak seharusnya. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tak mungkin meninggalkan
mereka begitu saja, apapun alasannya.
Kalau boleh meminta, aku juga ingin merajut mimpiku sendiri. Bebas menata hidupku sendiri, tanpa adanya campur tangan pihak lain. Namun, aku harus berpikir seribu kali. Andai aku pergi, bagaimana dengan mereka.
Tak mungkin rasanya, bila aku menuntut kedua kakakku untuk menggantikan posisiku saat ini. Terlalu egois. Bukankah keduanya telah memiliki kehidupan masing-masing? Tapi, apa pernah mereka berpikir tentang kehidupanku dan masa depanku sendiri? Pernahkah?
Ah, aku tak ingin membahasnya. Semakin sedih hatiku, jika membicarakan hal ini lagi. Meski hati ini masih belum bisa menerima keadaan ini sepenuhnya. Tapi, aku akan berusaha untuk bersikap ikhlas dan sabar. Mungkin, inilah salah satu episode hidup yang harus kujalani dengan sebaik-baiknya.
Aku yakin, Allah tidak akan diam saja. Aku yakin, suatu hari nanti Allah akan memberikan kesempatan itu hadir di hadapanku. Semoga...
Hidup itu, anugerah... karena Allah masih memberikan kita kesempatan untuk tetap berjuang, bersabar serta bersyukur. Agar dapat menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya...
Minggu, 15 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dompet Baru
"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...
-
Tahun ini Adzka tidak aktif di KPC, karena lebih fokus pada UN, katanya. Meski begitu, dia tetap berprestasi. Kedua cerpen ini, dimuat di ...
-
Pagi itu, seperti biasanya aku membuka facebook untuk mengecek pekerjaan dan sejumlah info lainnya. Ternyata ada inbox dari salah seorang...
-
Main sudah, mencicipi kuliner juga sudah. Tapi kalau belum menyempatkan diri jalan-jalan di kota Kembang? Rasanya, masih ada yang kurang. P...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar