Minggu, 15 April 2012

Bukan sekadar Perahu Kertas


Seberapa lama kau mengenalku?Aku takkan berubah hanya karena statusku yg berubah

Saat kali pertama membuka halaman pertamanya, aku langsung jatuh hati pada karya Dee yang satu ini. Perahu kertas, namanya. Meski judulnya begitu sederhana, seserhana bentuk perahu kertas yg biasa dilipat anak TK.
Dee mengemas kisahnya dengan apik. Hingga ceritanya mengalir apa adanya tapi tidak membosankan pembacanya. Rasanya, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Tapi, sepertinya  tokoh kugy mirip sekali dengan diriku dan kehidupanku. 
Selain tubuhnya yang mungil, kugy juga bercita-cita menjadi penulis dongeng. Sementara aku, saat ini sedang belajar menjadi seorang penulis cerita anak. Ada satu hal yang menggelitik perasaanku. 
Ko, bisa ya! Kugy dan Keenan menerima pasangan masing-masing. Meski hati mereka terluka tapi keduanya bisa tetap konsisten memegang janji persahabatan mereka.Ah, indahnya! Andai saja, aku bisa seperti mereka ^_^
 Disini tak ada Kugy, ataupun Kenaan yang pandai  menggambar. Yang ada hanya aku, dia dan Allah tentunya...
Akhir  Januari ini, genap tiga tahun dia pergi. Tiga tahun itu, tidak lama dan tidak juga sebentar. Tak mampu kutepis, kalau kerinduan tak pernah hilang dari pikiranku. Rasanya, sulit sekali menemukan orang yang bisa menggantikan dirinya di hatiku. 
Aku memang salah. Selama ini, aku terbiasa menyimpan namanya di hati ini. Aku  terbiasa mengenangnya dalam ingatan ini. Kenapa? Karena dia bukan lagi sekadar teman, sahabat atau seorang kekasih sekalipun. 
Ketulusannya selama ini, sudah tak diragukan lagi. Dia selalu ada untukku. Ukuran jarak dan waktu, takkan pernah bisa menggerusnya. Kini, kami hanya bisa berusaha untuk menjaga tali silaturahim ini, agar tidak hancur dan patah. 
Namun, kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Sebuah sms yang masuk, membuat mataku terpana. Tepat dua hari selepas Idul Fitri, dia memberi kabar yang sangat mengejutkan. Rupanya, dia akan segera melangsungkan 'Walimatul Ursy' tepat seminggu kemudian. 
Aku tahu, semua keadaan ini pasti akan menyapaku cepat atau lambat. Bukankah dulu, aku pernah berjanji untuk mencarikan permaisuri hati untuk dirinya. Dan inilah saatnya, dia telah menemukan labuhan hatinya. Ikhlas... ikhlas...
Sayang, aku hanya orang biasa. Hatiku juga bisa terluka dan kecewa. Mungkin aku mulai cinta, entahlah. Aku tak pernah bisa memahami apa yang ada dalam hatiku. Yang jelas, aku sudah terlanjur sayang padanya. Aku tak peduli dia mencintai siapa, aku tak peduli dia menikah dengan siapa.  
 Tapi sungguh, rasanya separuh jiwaku raib entah kemana. Bukan hanya setahun dua tahun ini aku mengenal dirinya. Tak mungkin aku tiba-tiba memutuskan tali silaturahim yang telah susah payah kami retas bersama, hanya karena dia menikah.
 Mulai sekarang, semua itu takkan pernah ada lagi… bahkan hanya untuk mengingatnya pun sudah terlarang untukku. Mungkin akan lebih baik, jika aku sendiri yang mencoba menjauh darinya. Sayang, dia tak pernah mau menerimanya. 
Akh… dia memang dia, dengan semua keunikan yang ada dalam dirinya. Dia tak pernah berubah, sama seperti pertama kali aku mengenalnya. Tidak dulu, tidak sekarang, dia masih  tetap ingin berada di tempat yang sama...
Biar sang waktu…
telah melempar jauh kebersamaan yang ada
Biar sang waktu…
telah memangkas habis kerinduanku padanya
Biar semua orang meragukan keberadaannya
tapi.. ketulusan itu takkan pernah sirna
Kini, tak ada hal lain yang bisa kulakukan untuknya. Aku juga tak bisa menuntut apapun darinya. Hanya satu harapku, agar dia bisa tetap menjaga komitmen serta janji yang telah kami ucapakan. Biar orang lain sudah tak peduli, aku akan tetap peduli.
Bagaimana pun keadaannya, dia akan selalu ada dihatiku dan takkan pernah tergantikan oleh siapa pun. Biarlah kisah ini menjadi jelmaan Kugy dan Keenan dalam alam nyata.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...