Seberapa lama kau mengenalku?Aku takkan berubah hanya karena
statusku yg berubah
Saat
kali pertama membuka halaman pertamanya, aku langsung jatuh hati pada karya Dee
yang satu ini. Perahu kertas, namanya. Meski judulnya begitu sederhana,
seserhana bentuk perahu kertas yg biasa dilipat anak TK.
Dee
mengemas kisahnya dengan apik. Hingga ceritanya mengalir apa adanya tapi tidak
membosankan pembacanya. Rasanya, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Tapi,
sepertinya tokoh kugy mirip sekali dengan diriku dan kehidupanku.
Selain
tubuhnya yang mungil, kugy juga bercita-cita menjadi penulis dongeng. Sementara aku, saat ini sedang belajar menjadi seorang
penulis cerita anak. Ada satu hal yang menggelitik perasaanku.
Ko,
bisa ya! Kugy dan Keenan menerima pasangan masing-masing. Meski hati mereka
terluka tapi keduanya bisa tetap konsisten memegang janji persahabatan
mereka.Ah, indahnya! Andai saja, aku bisa seperti mereka ^_^
Disini tak ada Kugy, ataupun Kenaan yang pandai menggambar. Yang ada hanya aku, dia dan Allah tentunya...
Disini tak ada Kugy, ataupun Kenaan yang pandai menggambar. Yang ada hanya aku, dia dan Allah tentunya...
Akhir
Januari ini, genap tiga tahun dia pergi. Tiga tahun itu, tidak lama dan tidak
juga sebentar. Tak mampu kutepis, kalau kerinduan tak pernah hilang dari
pikiranku. Rasanya, sulit sekali menemukan orang yang bisa menggantikan dirinya
di hatiku.
Aku
memang salah. Selama ini, aku terbiasa menyimpan namanya di hati ini. Aku
terbiasa mengenangnya dalam ingatan ini. Kenapa? Karena dia bukan lagi sekadar
teman, sahabat atau seorang kekasih sekalipun.
Ketulusannya
selama ini, sudah tak diragukan lagi. Dia selalu ada untukku. Ukuran jarak dan
waktu, takkan pernah bisa menggerusnya. Kini, kami hanya bisa berusaha untuk menjaga
tali silaturahim ini, agar tidak hancur dan patah.
Namun, kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Sebuah sms yang masuk,
membuat mataku terpana. Tepat dua hari selepas Idul Fitri, dia memberi kabar yang sangat mengejutkan. Rupanya, dia akan segera melangsungkan 'Walimatul
Ursy' tepat seminggu kemudian.
Aku
tahu, semua keadaan ini pasti akan menyapaku cepat atau lambat. Bukankah dulu,
aku pernah berjanji untuk mencarikan permaisuri hati untuk dirinya. Dan inilah
saatnya, dia telah menemukan labuhan hatinya. Ikhlas... ikhlas...
Sayang,
aku hanya orang biasa. Hatiku juga bisa terluka dan kecewa. Mungkin aku mulai
cinta, entahlah. Aku tak pernah bisa memahami apa yang ada dalam hatiku. Yang
jelas, aku sudah terlanjur sayang padanya. Aku tak peduli dia mencintai siapa,
aku tak peduli dia menikah dengan siapa.
Tapi
sungguh, rasanya separuh jiwaku raib entah kemana. Bukan hanya setahun dua
tahun ini aku mengenal dirinya. Tak mungkin aku tiba-tiba memutuskan tali
silaturahim yang telah susah payah kami retas bersama, hanya karena dia
menikah.
Mulai
sekarang, semua itu takkan pernah ada lagi… bahkan hanya untuk mengingatnya pun
sudah terlarang untukku. Mungkin akan lebih baik, jika aku sendiri yang mencoba
menjauh darinya. Sayang, dia tak pernah mau menerimanya.
Akh…
dia memang dia, dengan semua keunikan yang ada dalam dirinya. Dia tak pernah
berubah, sama seperti pertama kali aku mengenalnya. Tidak dulu, tidak sekarang,
dia masih tetap ingin berada di tempat yang sama...
Biar sang waktu…
telah melempar jauh
kebersamaan yang ada
Biar sang waktu…
telah memangkas habis
kerinduanku padanya
Biar semua orang meragukan
keberadaannya
tapi.. ketulusan itu takkan
pernah sirna
Kini,
tak ada hal lain yang bisa kulakukan untuknya. Aku juga tak bisa menuntut
apapun darinya. Hanya satu harapku, agar dia bisa tetap menjaga komitmen serta
janji yang telah kami ucapakan. Biar orang lain sudah tak peduli, aku akan
tetap peduli.
Bagaimana
pun keadaannya, dia akan selalu ada dihatiku dan takkan pernah tergantikan oleh
siapa pun. Biarlah kisah ini menjadi jelmaan Kugy dan Keenan dalam alam nyata.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar