Cerpen
“Olly..Olly..
dimana kamu!” panggil Noni sambil terus berusaha mencari Olly.
Olly
adalah boneka kelinci milik Noni. Walaupun penampilannya sudah lusuh dan
telinga panjangnya yang hanya tinggal sebelah, namun Noni tetap saja sayang
padanya. Hingga selalu dibawanya kemana pun dia pergi .
“Kak
Didit, liat Oly nggak?” tanya Noni sedikit ragu.
“Nggak..!”
jawab Didit acuh tak acuh.
“Bantuin
nyari, dong!” rengek Noni lagi.
“Gak
mau ah!”
“Ayolah
kak, nanti jatah ice cream Noni buat
kakak aja, deh!”
“Mmm,
baiklah.”
Kemudian
keduanya mulai mencari Olly ke sekeliling rumah. Hingga rumah terlihat
berantakan. Tapi Olly masih saja belum ditemukan.
“Hhh, sebenarnya kamu meletakkannya
dimana?”
“Ya
gak tahu. Noni lupa!”
“Mungkin,
ketinggalan di rumah Pipit, waktu kamu main di sana!” duga Didit.
“Nggak.
Hari ini Noni gak kemana-mana.”
Ngg…gg...
w
Sudah
cukup lama mereka mencari, hingga tak terasa hari semakin sore. Namun Olly
masih juga, belum ditemukan.
‘Krieet….’
Tiba-tiba
saja terdengar suara pintu dibuka. Tak lama kemudian, Ayah muncul sambil
berucap “Assalamualaikum.”
Namun
Noni dan Didit sama-sama diam. Tak seorangpun diantara mereka yang mau menjawab
salam Ayah. Ayah heran. Tak biasanya, kedua anaknya bersikap aneh seperti itu
“Kok,
salamnya gak dijawab. Jawab salam itu hukumnya wajib lho!” kata Ayah
mengingatkan.
“Eh
Noni, kenapa cemberut!” tegurnya lagi sambil membuka sepatu.
Noni
diam saja sambil menghambur ke pelukan Ayah.
“Si
Olly.. hilang!” ucap Didit dengan ketus sembari berbaring di atas karpet.
“Ya
sudah, nanti kita beli lagi yang baru, ya!” hibur Ayah sambil melangkah menuju Lemari es lalu
membukanya.
“Apa
ini?” tanyanya heran ketika melihat ada
benda aneh yang terjatuh dari dalam frezeer.
“Mana…?”
Didit penasaran dan bergegas menghampiri Ayah.
“Ooh,
ini kan si Olly. Boneka yang kita cari sedari tadi.” ujar Didit.
“Jadi
ini, Si Olly yang kalian cari?” tanya Ayah memastikan
Didit
mengangguk mengiyakan, lalu memanggil Noni, adiknya, “Noni...Noni, kemari! Lihat
si Olly udah ketemu!” serunya.
Noni
menoleh. Dia jadi penasaran. Apa benar, si Olly sudah ditemukan? Tapi,
bagaimana kalau Kak Didit bohong? Biasanya juga, begitu. Dia itu kan jahil,
suka sekali mengelabui Noni. Ah semoga, kali ini kak Didit tak membohonginya
lagi.
Diam-diam,
Noni datang menghampiri Ayah dan kak Didit. Dan benar saja. Kini, boneka itu
masih tergeletak di atas meja. Namun Olly sudah tak terlihat seperti boneka
kelinci lagi. Hampir seluruh bulunya dipenuhi bunga-bunga es.
“Olly..!! Ternyata kita masih bisa bertemu!”
pekik Noni girang sambil memeluk boneka itu erat-erat.
“Uuh!
gara-gara dia, semua orang sibuk
dibuatnya!” gerutu Didit.
“Biarin
yang penting Olly kan boneka kesayangan Noni. Kak Didit iri, kan? Gak punya
boneka. We..!!” ledek Noni.
“Nggak!
anak laki-laki itu gak butuh boneka.We…!”
balas Didit tak mau kalah.
“Sudah
- sudah! Siapa yang mau ice cream!”
lerai Ayah sambil membawa beberapa cup ice
cream yang sudah mulai mencair.
w
Paris van Java, 1
Muharam 1428 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar