Kamis, 29 Oktober 2015

Seindah Purnama

Sudah hampir satu minggu, kami mulai menempati kampus baru. Meski tempatnya tidak seluas kampus lama tapi setidaknya bangunan ini masih tergolong baru dan lebih dekat dari rumah. Hingga aku tidak memerlukan waktu yang  lama untuk tiba di sana.

Anganku kembali melayang pada masa-masa SMA, di mana sekolahku juga cukup dekat dari rumah. Hanya butuh waktu lima sampai sepuluh menit untuk tiba di sekolah.Tapi anehnya, kami tidak pernah datang lebih awal. Justru baru datang, beberapa menit menjelang bel sekolah berbunyi. Lain halnya dengan teman-teman yang rumahnya jauh, mereka sudah hadir di sekolah sekitar satu jam menjelang bel sekolah. Rupanya, kebiasaan buruk itu masih tetap melekat hingga sekarang.  

Nah, semua cerita ini berawal dari salah seorang teman yang berjanji akan mampir ke rumah sebelum ke kampus. Indah, namanya. Padahal biasanya aku berangkat ke kampus bersama Dinny. Namun karena tahu Indah akan menjemputku, Dinny tak jadi datang menjemputku. Sementara aku masih santai di rumah menunggu Indah.

Waktu terus berlalu, namun Indah tak kunjung datang. Sementara jam dinding sudah menunjukkan pukul lima tepat. Padahal jadwal kuliah hari ini dimulai tepat pukul lima. 
Haduuh, bagaimana ini? Jujur saja, aku mulai panik saat itu. Kalau tahu akan begini jadinya, lebih baik aku berangkat ke kampus sendiri. Mungkin sudah tiba di kampus sedari tadi :(

Meski demikian, aku pun mencoba menghubungi Indah.
     "Indah, di mana?"
     "Aduuh, ini masih jauh, teh! Gimana dong?"
     "Langsung ke kampus aja!" balasku singkat.

Beberapa waktu berlalu, Indah mengirimiku beberapa pesan singkat namun tidak ada satupun yang aku balas. Mungkin dia menganggap, aku marah padanya. Padahal sungguh, bukan itu maksudku. Aku sengaja tak membalasnya karena sedang terburu-buru. Lagipula jika aku tidak memperhatikan jalan, bisa-bisa aku kelewatan pas turun dari angkotnya.

Tak bisa kupungkiri ada sedikit rasa kecewa tersimpan di hati. Namun aku tak ingin memikirkannya. Aku juga tidak ingin menyalahkan Indah atas kejadian ini. Justru hal seperti ini menjadi peringatan bagiku agar segera membuang kebiasaan buruk seperti itu. Seharusnya, aku tidak boleh terlalu mengandalkan orang lain. 
"Selama masih sanggup melakukannya sendiri, kenapa harus menunggu orang lain?"

Singkat cerita, kuliah sudah selesai tanpa terasa. Aku memutuskan untuk langsung pulang dan shalat magrib di rumah saja. Aku memilih jalan kaki, karena ingin mencari lauk makan malam, sekalian. Namun, saat baru melangkah beberapa meter dari halaman kampus, aku melihat dua buah motor yang sedang berhenti di pinggir jalan. 

"Eh, tunggu dulu! Bukankah itu Ebin dan Zia?" 
"Yup, mereka berdua adalah teman baikku, sejak ospek dulu."
"Ah ternyata, benar. Itu memang mereka berdua!"
Ebin dan Zia adalah dua orang sahabat yang tak terpisahkan, Kemana-mana selalu berdua, seperti Ipin dan Upin. Jika disatu tempat ada Ebin, pasti Zia juga tidak pernah ketinggalan.

Meski masih kuliah di kampus yang sama, namun kami memang jarang bertemu. Selain waktu aktifitas yang tidak pernah sinkron, kami juga berbeda jurusan. Lantaran aku mengambil jurusan Teknik Informatika sementara mereka berdua mengambil jurusan Teknik Arsitektur,  

Meski demikian, aku tak pernah merasa canggung dan selalu merasa nyaman bersama mereka.  Justru aku lebih merasa canggung bila meminta bantuan dari teman sekelas, entah kenapa.
         Aah kebetulan nih, bisa nebeng pulang, batinku

Belum juga aku sempat membuka mulut, ternyata mereka sudah menyapa duluan.
     "Eeh, mau kemana?"
     "Yaa pulanglaah!"
     "Hayuk bareng, sekalian kita pulang!"
     "Memangnya, kalian tidak ada jadwal kuliah?"
     "Ada... lah, makanya kita datang ke kampus,"
     "Terus... Kenapa pulang, bukannya masuk kelas?"
     "Males aja, nggak kebagian tempat parkir."
     "Iya bener. Mending kita bolos aja, sekali-kali, hahaha..."
     "Ah kalian ini, ada-ada saja," 

Allah memang adil, meski tadi sore aku tidak jadi dijemput oleh kedua temanku. Tapi di luar dugaan, Allah langsung menggantinya dengan hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Yakni bisa bertemu dengan mereka berdua, tanpa sengaja. 

Bukan hanya itu, mereka juga rela mengantarkan aku pulang. Hingga akhirnya, aku bisa tiba di rumah dengan selamat tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Rasanya, aku menjadi seorang putri yang sedang dikawal oleh dua orang hulubalang, hehehe

Purnama memang sedang bersinar indah, malam ini. Seindah cerita indah persahabatan kami...




                                                                                                           Rumah Abu, 28 Oktober'15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...