Selepas istirahat, maka film kedua yang berjudul “Berandal-berandal Ciliwung” ini kembali
diputar. Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto mengangkat keberagaman
Jakarta lewat sebuah perkampungan padat di tepian sungai Ciliwung.
Ada Umar yang berdarah Arab tergila-gila pada kungfu. Jaka yang berdarah Betawi, pemimpin geng Ciliwung yang play boy tulen. Ayahnya bekerja di Brunei dan Ibunya membuka usaha laundry di rumah.
Ano yang berdarah batak, lebih suka makan
daripada menyanyi. Tubuhnya pun jauh lebih tambun dari yang lain. Tirto anak dalang, yang dilarang
berenang. Kini bapak Tirto sudah berhenti menjadi dalang dan beralih profesi
menjadi penjual bakso.
Terakhir,
yang berdarah Papua. Sayang aku lupa namanya. Pokoknya, dia sangat lihai
menggunakan ketapel. Semua bidikannya nyaris tak pernah meleset. Dia juga suka
mengupil. Biar terkesan jorok, tapi itulah ciri khas dia.
Dengan
segala perbedaan yang ada, mereka selalu bersama-sama dan menamakan diri
“Pasukan Ciliwung.” Menurut Tirto yang
keturunan jawa, mereka seperti tokoh pandawa lima yang ada dalam
pewayangan.
Selain
bermain, “Pasukan Ciliwung.” juga membersihkan sampah-sampah yang ada di sungai
Ciliwung. Oh ya, pasukan Ciliwung ini memiliki musuh yakni Adam, cs. Kedua grup
ini selalu bersaing dalam segala hal. Mulai dari kasti, balap renang hingga
lomba getek.
Satu waktu, guru mereka mengatakan kalau pihak sekolah akan memilih utusan yang akan diikut sertakan dalam Festival Ciliwung. Hal ini, tentu saja membuat Pasukan Ciliwung” harus bersaing ketat dengan musuhnya untuk mendapatkan posisi tersebut.
Bahkan Adam
cs sengaja menantang “Pasukan Ciliwung” untuk bertanding kasti di lapangan.
Siapa yang memenangkan pertandingan, maka dialah yang berhak mewakili sekolah. Tentu
saja, pasukan ciliwung merasa tertantang dan terus berlatih kasti.
Ketika
mereka sedang asyik berlatih kasti, ada seorang supir taksi yang menanyakan
alamat rumah Babah Alun, pemilik pabrik tahu di kampung mereka. Tanpa sengaja,
Tirto memukul bola terlalu keras hingga melambung terlalu jauh.
Entah dapat
insting dari mana, tapi “Pasukan Ciliwung” menyangka kalau bola itu pasti
nyasar ke rumah Babah Alun. Mereka pun bergegas menuju ke rumah Babah Alun. Dengan
mengendap-endap, mereka berlima menyusup ke rumah Babah Alun melalui tembok
belakang. Setelah itu, mereka berpencar.
Tanpa
sengaja, Jaka bertemu dengan seorang gadis tomboy yang bernama Sissy. Ternyata,
dia adalah cucu Babah Alun. Sissy ingin bergabung dengan “Pasukan Ciliwung”.
Tapi Jaka bersikeras menolak. Karena baginya, anak perempuan itu masalah dan
merepotkan.
Sedangkan
Ano yang bertubuh gempal malah sibuk makan di pabrik tahu. Ketika aksinya
ketahuan oleh Sissy, Ano meminta maaf dan berjanji akan menuruti semua permintaan
Sissy. Termasuk bergabung bersama Pasukan Ciliwung.
Sementara itu,
Umar begitu terpesona melihat Babah Alun melakukan beberapa gerakan
Taichi. Meski sudah berkali-kali dijelaskan, tapi Umar tetap mengira kalau
Babah Alun adalah seorang master kungfu yang sedang berlatih.
Bukan hanya
itu, Umar tetap bersikeras meminta Babah Alun untuk menerima dia dan teman-temannya
sebagai murid. Begitu “Pasukan Ciliwung” berkumpul kembali, Ano malah hilang.
Saat mereka tengah kebingungan, Ano muncul dari pintu depan sambil membawa
oleh-oleh tahu pemberian Sissy.
Saat
bertanding kasti dengan Adam cs pun tiba. Sayangnya, Ano tak bisa datang karena
disuruh berlatih vocal. Sehingga “Pasukan Ciliwung” kekurangan orang. Untunglah
Sissy datang menjadi penyelamat. Berkat Sissy pula, mereka bisa mengalahkan
pertandingan tersebut dan berhak mewakili sekolah.
Setelah
Sissy resmi bergabung, “Pasukan Ciliwung” sengaja membawanya ke base camp mereka. Di mana di tempat itu
pula “Pasukan Ciliwung” menyimpan beberapa benda berharga serta foto
masing-masing.
Di sisi
lain, Sissy dipaksa ikut Mamanya ke Belanda. Dia tak mau, makanya lari ke rumah
Babah Alun, mertua Mama. Ketika Sissy sedang menangis, Jaka memperegokinya.
Untuk menghibur Sissy, Jaka sengaja mengajaknya jalan-jalan ke pasar malam
berdua.
Begitu tahu base camp Pasukan Ciliwung sedang kosong,
Adam cs sengaja datang dan merusak semuanya. Ketika tahu base camp mereka sudah berantakan, Pasukan Ciliwung bukannya
berbenah. Mereka malah bertengkar dan saling menyalahkan. Hingga akhirnya Tirto
memutuskan untuk keluar dari Pasukan Ciliwung.
Sementara
itu, Sisi bertanya pada Babah Alun kenapa rumah mereka selalu tertutup.
Kemudian Babah Alun bercerita, kalau dulu pintu rumahnya selalu terbuka untuk
orang-orang kampung. Bahkan sering mengadakan “Tofu Party” atau pesta tahu.
Hingga satu
waktu, ada salah seorang warga yang sakit demam berdarah. Namun, warga mengira
dia sakit gara-gara limbah dari pabrik tahu Babah Alun. Padahal Babah Alun tak
pernah membuang limbah tahu ke sungai. Semenjak saat itulah Babah Alun sengaja
menutup diri dari warga kampung.
Kemudian
Sissy mengusulkan agar Babah Alun mengadakan “Tofu Party” lagi. Selain untuk
mempererat hubungan antar warga, Sissy juga berharap Pasukan Ciliwung akan
kembali bersatu seperti dulu. Sebab Tanpa Tirto, Pasukan Ciliwung seperti
kehilangan nyali.
Begitu Tirto
kembali, justru Sissy malah dijemput Mamanya. Untung saja, Tirto teringat pada
foto yang pernah dipajang Sissy di base
camp. Dengan berbekalkan foto tersebut, Pasukan Ciliwung mencari alamat
rumah Sissy dan ketemu.
Memangnya bisa segampang itu? Rasanya, nggak
deh!
Awalnya Mama
Sissy tidak mengiinkan Sissy bergabung dengan Pasukan Ciliwung. Sissy berjanji,
dia mau ikut ke Belanda asalkan diijnkan ikut festival getek bersama
teman-temannya. Untunglah Papa tirinya mendukung, hingga akhirnya Mama Sissy
ikut mengalah.
Dengan waktu
yang semakin mepet, Pasukan Ciliwung mempersiapkan diri untuk ikut Festival.
Sayangnya, Adam cs tak pernah berhenti mengganggu. Mereka sengaja menghancurkan
getek milik Pasukan Ciliwung agar batal ikut festival.
Begitu tahu,
hasil kerja keras mereka hancur berantakan, tentu saja Pasukan Ciliwung merasa
kecewa. Meski demikian, mereka tidak putus asa. Dengan sisa waktu yang ada,
mereka mengerahkan segala kemampuan untuk memperbaiki getek mereka.
Untunglah “Pasukan
Ciliwung” bisa tampil tepat pada waktunya. Mereka menamakan diri grup “Bhineka”
yang mencerminkan keragaman budaya Indonesia. Masing-masing anggota Pasukan
Ciliwung mengenakan pakaian adat sesuai dengan suku bangsanya sendiri.
Ada satu hal yang aku garis bawahi di sini. Kalau tak salah getek itu rusak parah. Tapi kenapa, bisa diperbaiki dengan cepat? Kenapa pula mereka bisa tiba-tiba mempunyai ide seperti itu? Semuanya terlihat serba mendadak.
Ketika juri
mengumukan siapa yang menjadi pemenang. Ternyata ada dua grup yang tepilih
yakni Adam cs dan Pasukan Ciwung. Untuk memastikan siapa pemenangnya. Maka lomba
dilanjutkan dengan mengayuh getek. Siapa yang cepat dialah yang menjadi
pemenangnya.
Di luar
dugaan, ada salah seorang anggota Adam cs yang jatuh tercebur ke dalam sungai.
Reflek Tirto segera menyelamatkannya dan berhasil. Kini, Ayah Tirto tidak marah
lagi, justru dia bangga pada anaknya.
Kemudian,
Ayah Tirto juga bercerita kenapa selama ini dia melarang Tirto berenang. Dulu,
waktu Tirto masih sangat kecil dia hampir saja hanyut terbawa banjir Ciliwung.
Ibu Tirto berusaha menyelamatkannya tapi malah nyawanya tidak bisa tertolong.
Di saat yang
sama, Bapak Tirto sedang mendalang sehingga tidak bisa meninggalkan
pekerjaannya. Karena alasan itulah kenapa dia berhenti mendalang dan memilih
berjualan bakso. Berkat kejujuran dan kerja keras, akhirnya Pasukan Ciliwung berhasil
menjadi juara.
Selepas
festival tersebut, Sissy ikut Mamanya ke Belanda. Semenjak saat itu, mereka
hanya bisa berkomunikasi melalui dunia maya. Kemudian pada malam Apresiasi Seni
Sekolah, anggota Pasukan Ciliwung mempraktekkan kemampuan masing-masing.
Akhirnya,
Ano mau menyanyi juga, dengan pilihan musik rap. Umar mempraktikkan jurus-jurus
kungfu yang telah dia pelajari dari Babah Alun. Sementara Tirto memperagakan
kemampuannya mendalang. Ternyata, Ano yang terpilih menjadi pemenangnya.
Sebenarnya
fim ini cukup menarik. Selain menceritakan keberagaman budaya Indonesia, juga
menyinggung tentang kebersihan lingkungan. Tapi entah kenapa, aku merasa kalau beberapa
kejadian dalam film ini terkesan dipaksakan.
Mungkin niat
awalnya, untuk mengejar bingkai cerita agar tetap utuh. Sayang, semua usaha itu
malah membuat cerita menjadi tidak alami. Kemudian, dalam hal pemilihan tempat
juga sama. Apa benar, saat ini air kali Ciliwung Jakarta bisa sebersih itu?
Diantara
kedua film tersebut, mungkin hanya masalah setting tempat saja yang membuat
keduanya tampak berbeda. Bila dalam film “Cita-citaku Setinggi Tanah” mengambil
latar perkampungan di salah satu desa daerah Muntilan di kaki gunung Merapi.
Jadi wajar
saja kalau konflik yang diangkat lebih sederhana. Sedangkan dalam film
“Berandal-Berandal Ciliwung” mengambil latar perkampungan di perkotaan.
Sehingga, konflik yang muncul pun menjadi lebih beragam.
Bandung, 26
Nopember 2012