Novel anak terbagi dua:
1) Novel untuk kelas rendah,
yakni anak kelas 1-3 SD
Sering
disebut juga first novel (FN) karena bukunya tipis sekali, hanya 60-80
hlm
Bentuk Novel
seperti itu, merupakan peralihan dari picture book ke novel
2) Novel untuk kelas atas, yakni anak kelas 3-6 SD
2) Novel untuk kelas atas, yakni anak kelas 3-6 SD
~ Biasanya, naskah novel
yang dibutuhkan penerbit itu kurang lebih 100-200 hlm A4; 1,5 spasi atau
sekitar 160-240 hlm buku.
~ Bahasa, sudah bisa explore
~ Bahasa, sudah bisa explore
~ Tema yang diangkat, biasanya
tentang pembentukan karakter, sosial, persahabatan, pengetahuan umum, keluarga,
dan lingkungan.
~ Tema-tema sosial juga sangat
dianjurkan karena pembacanya pasti banyak. Namun hingga kini, tema yang
paling disukai pasar masih tetap humor dan misteri
~ Kita bisa juga menulis novel
sedih, karena bagaimana pun anak-anak juga harus tahu, apa itu sedih. Jadi tema
apapun boleh ditulis asal sesuai dengan pembacanya.
Contoh:
* 5 Sekawan, termasuk novel
detektif
* lupus kecil, faris dan haji
obet, termasuk novel humor.
* Serial Trio Ucul, karya Tria
Ayu dan kelas ajaibnya mas benny
* Tema-tema sosial yang seru
tentang persahabatan. Misal Gang penyuka kelinci
* contoh novel sedih: si Jamin
dan si Johan (malah jadi karya sastra), Ratapan Anak Tiri serta Kiambang
Bertaut
Bab
Idealnya, bab buat novel 3-8
hlm cukup; A4; 1.5spasi. Bab sebaiknya diolah sedekian rupa sehingga tidak
monoton misal bab I seneng, bab II sedih, bab III datar, bab IV seneng, Bab V
sedih. Namun, jumlah bab tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan saja.
Meski yang paling penting
adalah isi bab, namun tidak ada salahnya bila kita juga memperhatikan judul
Babnya juga. Jadi, jangan asal bikin. Misal: nama hewan, nama bunga, atau
dengan sesuatu yang metaforis.
Judul Bab
~ bab harus menggambarkan isi bab, lalu dicari metaforisnya.
~ mangandung kata misterius bikin penasaran mengandung rima, bikin senyum.
contoh: Gara-Gara Agar-Agar
~ mengandung kejahatan: "Pencurian Sendal Jepit"
~ mengandung futuristik: "Bandung tahun 2030"
Contoh:
judul bab pada novel Matahari Kecil (membuat metaforis perjalanan matahari)
Bab 1 terbit,
Bab 2 sepenggalah,
Bab 3 terik
Bab 4 condong,
Bab 5 tenggelam
~ bab harus menggambarkan isi bab, lalu dicari metaforisnya.
~ mangandung kata misterius bikin penasaran mengandung rima, bikin senyum.
contoh: Gara-Gara Agar-Agar
~ mengandung kejahatan: "Pencurian Sendal Jepit"
~ mengandung futuristik: "Bandung tahun 2030"
Contoh:
judul bab pada novel Matahari Kecil (membuat metaforis perjalanan matahari)
Bab 1 terbit,
Bab 2 sepenggalah,
Bab 3 terik
Bab 4 condong,
Bab 5 tenggelam
Bab berirama maksudnya,
~ bikin pembaca penasaran
~ bikin pembaca tidak
bosan
~ bikin pembaca pengen terus
membacanya
Opening
1) bisa dengan kalimat
langsung, contoh; "Hai kamu!" teriak Meti.
2) bisa dengan kalimat deskriptif: memaparkan si tokoh, setting, masalah yg dihadapi si tokoh
2) bisa dengan kalimat deskriptif: memaparkan si tokoh, setting, masalah yg dihadapi si tokoh
3) bisa dengan sepotong
kalimat: puisi, pantung, berita di Koran
4) bisa dengan bunyi-bunyian:
suara air, suara seruling, suara kentut
5) bisa dimulai dari konflik
atau pengenalan karakter?
6) dengan potongan lagu
Untuk membuat sebuah novel,
perlu adanya observasi. Sekalipun itu novel fiksi. Supaya karakternya kena dan
ceritanya nggak ngawur. Observasinya, nggak harus seperti peneliti, paling
nggak kita nangkep secara keseluruhan.
Nah, karena ini novel, dari
awal sebisa mungkin kita sudah bisa mengolah emosi pembaca lewat bab-bab yang
akan kita buat. Di mana, cara penulisannya bisa bertahap, bisa konflik dulu
atau karakter dulu, sesuai dengan cerita yg akan kita buat, jadi nggak ada
patokan.
Tokoh
Tokoh dalam novel, sebaiknya
tidak lebih dari 3 orang (tokoh utama). Tokoh utama sebaiknya tokoh anak,
karena ini novel anak.
Sementara itu, untuk tokoh
pendukung boleh berapa pun, asal tetap berperan. Perubahan karakter dalam novel
sangat dimungkinkan.
Cara memunculkan tokoh bisa
pelan-pelan, jadi bisa satu persatu
Nasihat Orang Tua
a. boleh saja, asal bukan dia yang kemudian memutuskan solusi untuk si anak
b. hanya bagian dari dalam rangka mengungkap kasus atau persoalan
a. boleh saja, asal bukan dia yang kemudian memutuskan solusi untuk si anak
b. hanya bagian dari dalam rangka mengungkap kasus atau persoalan
Dalam teknis kita akan bahas;
1. bagaimana menggali ide
2. mengawali sebuah novel
3. pembagian bab
4. ending
Bagaimana menggali ide?
Ada banyak cara, diantaranya:
1) Dari tingkah laku
anak,
misal: anak yang
aktif sekali, dan hanya diem kalau dikasih suara seruling pasti pembaca akan
tanya:
* ada apa
dengan suara seruling?
* apakah ada
kisah di balik suara seruling itu?
* apakah
semua suara seruling membuat dia jadi diam?
* atau suara
seruling tertentu?
* bagaimana
dengan suara lainnya?
Jwb: mungkin
itu suara yg sangat berkesan buat si tokoh utama
2) Dari sistem belajar mengajar
3) Dari keluhan siswa atau
orangtua
4) Dari Anak Jalanan
5) Dari Binatang
Peliharaan
6) Dari Tanaman
7) Dari Buku Pelajaran
Kenapa suatu cerita bisa
berkesan?
karena ada keterikatan batin
antara pembaca dengan si tokoh utama
Cara untuk mempertajam konflik
dengan bertanya pada satu titik
yg mengarah pada ide tadi
dari pertanyaan-pertanyaan tadi
kita coba urai satu-satu jawabannya hingga menemukan satu titik. Jadilah kira-kira
matrik atau drafnya mungkin seperti ini ...
1. Anak perempuan yg hanya bisa
diem karena suara seruling
2. Anak perempuan itu suka
dengan suara seruling karena suara itu sangat akrab dengannya
3. Suara seruling itu membuat
dia teringat dengan adiknya
4. Anak perempuan itu ternyata
terpisah dengan adiknya saat ada gempa di daerahnya
5. Anak perempuan itu ternyata
sekarang tinggal dengan keluarga angkatnya
(Kelima hal tersebut termasuk
clue)
kalau sudah nemu dan tajem
konfliknya, baru kita cari ending neh
6. Endingnya: suatu kali anak
itu sedang lari pagi bareng kakak angkatnya
di dekat alun-alun mendengar
suara seruling anak itu kemudian mendekat
ternyata di alun-alun itu ada
pengamen kecil meniup seruling. pengamen itu buta.
(kita buat dramatis)
anak perempuan itu bengong
melihat pengamen kecil itu
setelah pengamen selesai
memainkan serulingnya, penonton melempar recehan. Anak perempuan itu pun
menitikan air mata,
anak perempuan itu mendekat dan
tanya namanya;
ternyata anak kecil itu
adiknya, yg sekatang buta karena gempa,
5 hal tersebut yang nanti akan diurai dalam
bab-bab, itu hanya garis besar >> kira-kira seperti itulah,
untuk mempertajam konflik. Dari sini kita urai bab per-bab
Agar cerita yang kita buat
tidak mirip dengan cerita orang lain, kita bisa mengolah
* bagaimana openingnya
* mengatur konfliknya
* menyelesaikan konfilknya
* karakternya dsb
Alur
Hanya ada 2 yakni alur maju dan
alur mundur. Dalam novel atau cerita apapun, alur mundur itu hanya untuk
memperkuat karakter dan memperkuat konflik
sebaiknya alur mundur itu
ditempatkan pada tempatnya: misal untuk memperkuat karakter
contoh alur mundur: (yang
memperkuat konflik)
Saat dia mendengar suara
seruling itu, dia terdiam beberapa jenak. Dia teringat ombak tsunami yang
menggulung rumahnya beberapa tahun lalu. Ombak yang membuat dia sekarang
sebatang kara.
Contoh lagi:
Setiap dia membantu Bi Nah
mencuci piring, dia melihat senyum ibunya yang sekarang entah di mana. Senyum
itu begitu terlihat menenangkan. Senyum yang selalu muncul dalam piring-piring
yang dia cuci, seolah mengingatkan dia, untuk selalu membantu siapapun di mana
pun kita berada.
anak peniup seruling itu
mengingatkan dia pada adiknya. Tanda hitam di dahinya sama persis. Perlahan dia
mendekat, lalu memegang tangan bocah lelaki itu.
"Nama kamu Sam?"
tanya anak perempuan itu.
Bocah laki-laki itu mengangguk.
"Eh kamu siapa?"
"Samratulagi? Dari Aceh?
Dan kamu punya kakak bernama Irma?"
Bicah laki-laki itu kembali
mengangguk.
"Kok, kakak tau?"
tanya bocah laki-kali itu.
Bocah lelaki itu menepiskan
tangannya dan berusaha menjauh, seperti ketakutan
"Iya ... karena ... karena
... aku Irma, kakak kamu"
mereka pun berangkulan
Nah… ini namanya trik bikin
ending yang keren, hehehe
Konflik
Konflik itu masalah atau
sesuatu yang menjadi pusat dalam sebuah novel
dengan konflik:
* novel jadi lebih berisi
* tokoh jadi lebih berkarakter
dengan tokoh:
* setting jadi makin kuat
* novel akan mengandung nilai
pendidikan bagi pembacanya
Konflik tidak harus ada pada
setiap bab, tapi paling nggak ada yang disuguhkan kepada pembaca. Salah
persepsi, salah tanggap, salah komunikasi itu menjadi bagian dari konflik.
Sebaiknya dalam novel ada 1 konflik utama dan 1-2 konflik pendukung. Contoh:
1. Konflik utamanya ... Anak
itu gak bisa diem kecuali denger suara seruling
2. Konflik pendukung ... si
kaka (yg angkat dia) penasaran, apa yg bikin dia seperti itu
Jadi dalam sebuah novel konflik
pendukung sangat penting supaya kita tidak kehabisan ide cerita. Konflik
pendukung juga akan memperkuat cerita
Pembabakan
dalam ide di atas: bisa saja
pembabakannya begini
Bab 1: Anak-anak heran dengan tingkah laku anak perempuan (tokoh utama) yang gak bisa diam, kecuali kalau mendengar suara seruling
Bab 2: Si Kaka (anak dari org tua angkat si tokoh utama) menyelidiki keganjilan itu
Bab 3: Tokoh utama mengungkapkan kalau setiap mendengar suara seruling itu seperti mengingat sesuatu, tapi dia lupa, apa itu.
Bab 4: tokoh utama dibawa ke dokter, ternyata memang ada amnes dikit di kepala bekas bencana itu
Bab 5: si tokoh utama diceritakan terus menerus tentang kejadian bencana yang membuatnya dibawa ke sini
Bab 1: Anak-anak heran dengan tingkah laku anak perempuan (tokoh utama) yang gak bisa diam, kecuali kalau mendengar suara seruling
Bab 2: Si Kaka (anak dari org tua angkat si tokoh utama) menyelidiki keganjilan itu
Bab 3: Tokoh utama mengungkapkan kalau setiap mendengar suara seruling itu seperti mengingat sesuatu, tapi dia lupa, apa itu.
Bab 4: tokoh utama dibawa ke dokter, ternyata memang ada amnes dikit di kepala bekas bencana itu
Bab 5: si tokoh utama diceritakan terus menerus tentang kejadian bencana yang membuatnya dibawa ke sini
bab 6: tokoh utama mulai inget
sepotong-sepotong
bab 7: tokoh utama dibawa ke
tempat gempa. dia makin inget.
bab 8: terus bab-bab
menjelang ending, sebagai clue ...
di mana si tokoh utama selalu
diperdengarkan seruling hingga makin inget
Kalau lihat bab-bab tadi ...
akan kerasa kan naik turunnya
* kapan harus sedih, kapan
harus senyum
* kapan harus deg2an dst
kira-kira begitulah dalam
membuat bab
Point of View
Penulis yang tahu segala itu
sama dengan orang ketiga. Jadi nggak ada, sudut pandang penulis segala tahu,
yang ada POV org ketiga.
Penulis bisa menceritakan
semua yg dialami si tokoh. Nah, yang agak susah kalau sudut pandang orang
pertama (Aku-an), penulis menjadi tokoh aku yg gak bisa ceritain
temen-temennya. Jadi, yang ada POV orang pertama dan orang ketiga
Kalau kita sudah
berhasil menyelesaikan sampai bab perbab, percayalah, novel kita itu sudah
selesai 50%... bayangkan, 50%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar