Kamis, 06 September 2012

Novel Anak

  Novel anak terbagi dua:
  1) Novel untuk kelas rendah, yakni anak kelas 1-3 SD
      Sering disebut juga first novel  (FN) karena bukunya tipis sekali, hanya 60-80 hlm
      Bentuk Novel seperti itu,  merupakan peralihan dari picture book ke novel
  2) Novel untuk kelas atas, yakni anak kelas 3-6 SD 
     ~ Biasanya,  naskah novel yang dibutuhkan penerbit itu kurang lebih 100-200 hlm A4; 1,5 spasi atau sekitar 160-240 hlm buku. 
      ~ Bahasa, sudah bisa explore  
   ~ Tema yang diangkat, biasanya tentang pembentukan karakter, sosial, persahabatan, pengetahuan umum, keluarga, dan lingkungan.  
     ~ Tema-tema sosial juga sangat dianjurkan karena pembacanya pasti banyak. Namun hingga  kini, tema yang paling disukai pasar masih tetap humor dan misteri 
     ~ Kita bisa juga menulis novel sedih, karena bagaimana pun anak-anak juga harus tahu, apa   itu sedih. Jadi tema apapun boleh ditulis asal sesuai dengan pembacanya.
      Contoh:
* 5 Sekawan, termasuk novel detektif
* lupus kecil, faris dan haji obet, termasuk novel humor.
* Serial Trio Ucul, karya Tria Ayu dan kelas ajaibnya mas benny
* Tema-tema sosial yang seru tentang persahabatan. Misal Gang penyuka kelinci
  * contoh novel sedih: si Jamin dan si Johan (malah jadi karya sastra), Ratapan Anak Tiri serta Kiambang Bertaut

Bab
Idealnya, bab buat novel 3-8 hlm cukup; A4; 1.5spasi. Bab sebaiknya diolah sedekian rupa sehingga tidak monoton misal bab I seneng, bab II sedih, bab III datar, bab IV seneng, Bab V sedih. Namun, jumlah bab tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan saja.
Meski yang paling penting adalah isi bab, namun tidak ada salahnya bila kita juga memperhatikan judul Babnya juga. Jadi, jangan asal bikin. Misal:  nama hewan, nama bunga, atau dengan sesuatu yang metaforis.

Judul Bab 
~ bab harus menggambarkan isi bab, lalu dicari metaforisnya.  
~ mangandung kata misterius bikin penasaran mengandung rima, bikin senyum. 
   contoh: Gara-Gara Agar-Agar  
~ mengandung kejahatan: "Pencurian Sendal Jepit"  
~ mengandung futuristik: "Bandung tahun 2030"
Contoh:
judul bab pada novel Matahari Kecil  (membuat metaforis perjalanan matahari)
Bab 1         terbit,
Bab 2         sepenggalah, 
Bab 3         terik
Bab 4         condong,
Bab 5         tenggelam

Bab berirama maksudnya, 
~ bikin pembaca penasaran 
~ bikin pembaca tidak bosan 
~ bikin pembaca pengen terus membacanya
Opening
1) bisa dengan kalimat langsung, contoh; "Hai kamu!" teriak Meti. 
2) bisa dengan kalimat deskriptif: memaparkan si tokoh, setting, masalah yg dihadapi si tokoh
3) bisa dengan sepotong kalimat: puisi, pantung, berita di Koran
4) bisa dengan bunyi-bunyian: suara air, suara seruling, suara kentut
5) bisa dimulai dari konflik atau pengenalan karakter?
6) dengan potongan lagu

Untuk membuat sebuah novel, perlu adanya observasi. Sekalipun itu novel fiksi. Supaya karakternya kena dan ceritanya nggak ngawur. Observasinya, nggak harus seperti peneliti, paling nggak kita nangkep secara keseluruhan.
Nah, karena ini novel, dari awal sebisa mungkin kita sudah bisa mengolah emosi pembaca lewat bab-bab yang akan kita buat. Di mana, cara penulisannya bisa bertahap, bisa konflik dulu atau karakter dulu, sesuai dengan cerita yg akan kita buat, jadi nggak ada patokan.

Tokoh
Tokoh dalam novel, sebaiknya tidak lebih dari 3 orang (tokoh utama). Tokoh utama sebaiknya tokoh anak, karena ini novel anak.
Sementara itu, untuk tokoh pendukung boleh berapa pun, asal tetap berperan. Perubahan karakter dalam novel sangat dimungkinkan.
Cara memunculkan tokoh bisa pelan-pelan, jadi bisa satu persatu

Nasihat Orang Tua  
a. boleh saja, asal bukan dia yang kemudian memutuskan solusi untuk si anak
b. hanya bagian dari dalam rangka mengungkap kasus atau persoalan

Dalam teknis kita akan bahas;
1. bagaimana menggali ide
2. mengawali sebuah novel
3. pembagian bab
4. ending

Bagaimana menggali ide
Ada banyak cara, diantaranya:
1) Dari tingkah laku anak, 
   misal: anak yang aktif sekali, dan hanya diem kalau dikasih suara seruling pasti pembaca akan tanya: 
    * ada apa dengan suara seruling?  
    * apakah ada kisah di balik suara seruling itu?  
    * apakah semua suara seruling membuat dia jadi diam?
    * atau suara seruling tertentu? 
    * bagaimana dengan suara lainnya? 
    Jwb: mungkin itu suara yg sangat berkesan buat si tokoh utama   
2) Dari sistem belajar mengajar 
3) Dari keluhan siswa atau orangtua 
4) Dari Anak Jalanan
5) Dari Binatang Peliharaan 
6) Dari Tanaman 
7) Dari Buku Pelajaran

Kenapa suatu cerita bisa berkesan?
karena ada keterikatan batin antara pembaca dengan si tokoh utama

Cara untuk mempertajam konflik
dengan bertanya pada satu titik yg mengarah pada ide tadi

dari pertanyaan-pertanyaan tadi kita coba urai satu-satu jawabannya hingga menemukan satu titik. Jadilah kira-kira matrik atau drafnya mungkin seperti ini ...
1. Anak perempuan yg hanya bisa diem karena suara seruling
2. Anak perempuan itu suka dengan suara seruling karena suara itu sangat akrab dengannya
3. Suara seruling itu membuat dia teringat dengan adiknya
4. Anak perempuan itu ternyata terpisah dengan adiknya saat ada gempa di daerahnya
5. Anak perempuan itu ternyata sekarang tinggal dengan keluarga angkatnya
(Kelima hal tersebut termasuk clue)

kalau sudah nemu dan tajem konfliknya, baru kita cari ending neh
6. Endingnya: suatu kali anak itu sedang lari pagi bareng kakak angkatnya
di dekat alun-alun mendengar suara seruling anak itu kemudian mendekat
ternyata di alun-alun itu ada pengamen kecil meniup seruling. pengamen itu buta.
(kita buat dramatis)

anak perempuan itu bengong melihat pengamen kecil itu
setelah pengamen selesai memainkan serulingnya, penonton melempar recehan. Anak perempuan itu pun menitikan air mata,
anak perempuan itu mendekat dan tanya namanya;
ternyata anak kecil itu adiknya, yg sekatang buta karena gempa,

5 hal tersebut yang nanti akan diurai dalam bab-bab, itu hanya garis besar >> kira-kira seperti itulah, untuk mempertajam konflik. Dari sini kita urai bab per-bab
Agar cerita yang kita buat tidak mirip dengan cerita orang lain, kita bisa mengolah 
* bagaimana openingnya
* mengatur konfliknya
* menyelesaikan konfilknya
* karakternya dsb

Alur
Hanya ada 2 yakni alur maju dan alur mundur. Dalam novel atau cerita apapun, alur mundur itu hanya untuk memperkuat karakter dan memperkuat konflik
sebaiknya alur mundur itu ditempatkan pada tempatnya: misal untuk memperkuat karakter
contoh alur mundur: (yang memperkuat konflik)
Saat dia mendengar suara seruling itu, dia terdiam beberapa jenak. Dia teringat ombak tsunami yang menggulung rumahnya beberapa tahun lalu. Ombak yang membuat dia sekarang sebatang kara.

Contoh lagi:
Setiap dia membantu Bi Nah mencuci piring, dia melihat senyum ibunya yang sekarang entah di mana. Senyum itu begitu terlihat menenangkan. Senyum yang selalu muncul dalam piring-piring yang dia cuci, seolah mengingatkan dia, untuk selalu membantu siapapun di mana pun kita berada.

anak peniup seruling itu mengingatkan dia pada adiknya. Tanda hitam di dahinya sama persis. Perlahan dia mendekat, lalu memegang tangan bocah lelaki itu.
"Nama kamu Sam?" tanya anak perempuan itu.
Bocah laki-laki itu mengangguk.
"Eh kamu siapa?"
"Samratulagi? Dari Aceh? Dan kamu punya kakak bernama Irma?"
Bicah laki-laki itu kembali mengangguk.
"Kok, kakak tau?" tanya bocah laki-kali itu.
Bocah lelaki itu menepiskan tangannya dan berusaha menjauh, seperti ketakutan
"Iya ... karena ... karena ... aku Irma, kakak kamu"
mereka pun berangkulan
Nah… ini namanya trik bikin ending yang keren, hehehe

Konflik
Konflik itu masalah atau sesuatu yang menjadi pusat dalam sebuah novel
dengan konflik:
* novel jadi lebih berisi
* tokoh jadi lebih berkarakter
dengan tokoh: 
* setting jadi makin kuat
* novel akan mengandung nilai pendidikan bagi pembacanya
Konflik tidak harus ada pada setiap bab, tapi paling nggak ada yang disuguhkan kepada pembaca.  Salah persepsi, salah tanggap, salah komunikasi itu menjadi bagian dari konflik. Sebaiknya dalam novel ada 1 konflik utama dan 1-2 konflik pendukung. Contoh:
1. Konflik utamanya ... Anak itu gak bisa diem kecuali denger suara seruling
2. Konflik pendukung ... si kaka (yg angkat dia) penasaran, apa yg bikin dia seperti itu
Jadi dalam sebuah novel konflik pendukung sangat penting supaya kita tidak kehabisan ide cerita. Konflik pendukung juga akan memperkuat cerita

Pembabakan
dalam ide di atas: bisa saja pembabakannya begini
Bab 1:  Anak-anak heran dengan tingkah laku anak perempuan (tokoh utama) yang gak bisa diam, kecuali kalau mendengar suara seruling
Bab 2:  Si Kaka (anak dari org tua angkat si tokoh utama) menyelidiki keganjilan itu
Bab 3:  Tokoh utama mengungkapkan kalau setiap mendengar suara seruling itu seperti mengingat sesuatu, tapi dia lupa, apa itu.
Bab 4:  tokoh utama dibawa ke dokter, ternyata memang ada amnes dikit di kepala bekas bencana itu
Bab 5: si tokoh utama diceritakan terus menerus tentang kejadian bencana yang membuatnya dibawa ke sini
bab 6: tokoh utama mulai inget sepotong-sepotong
bab 7: tokoh utama dibawa ke tempat gempa. dia makin inget.
bab 8:  terus bab-bab menjelang ending, sebagai clue ...
di mana si tokoh utama selalu diperdengarkan seruling hingga makin inget
Kalau lihat bab-bab tadi ... akan kerasa kan naik turunnya
* kapan harus sedih, kapan harus senyum
* kapan harus deg2an dst
kira-kira begitulah dalam membuat bab

Point of View
Penulis yang tahu segala itu sama dengan orang ketiga. Jadi nggak ada, sudut pandang penulis segala tahu, yang ada POV org ketiga.
Penulis  bisa menceritakan semua yg dialami si tokoh. Nah, yang agak susah kalau sudut pandang orang pertama (Aku-an), penulis menjadi tokoh aku yg gak bisa ceritain temen-temennya. Jadi, yang ada POV orang pertama dan orang ketiga

Kalau kita sudah berhasil menyelesaikan sampai bab perbab, percayalah, novel kita itu sudah selesai 50%... bayangkan, 50%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dompet Baru

"Cieee, ada yang punya dompet baru, nih!" cetuluk Dinny yang baru tiba di kostan. "Iya, hehe... Dompet dibeliin Emih pas mu...