Main
sudah, mencicipi kuliner juga sudah. Tapi kalau belum menyempatkan diri
jalan-jalan di kota Kembang? Rasanya, masih ada yang kurang. Padahal Bandung
dikenal dengan keindahan alamnya.
Kali
ini kami mengajak Bonchul Shin, cs berjalan-jalan menuju ke Taman Hutan Raya Ir
H Juanda Bandung. Alasannya, pertama dekat dengan kampus. Kedua Taman Hutan
Raya Ir H Juanda merupakan salah satu tempat bersejarah yang dimiliki bangsa
Indonesia.
Seperti
di hari minggu lainnya, lingkungan kampus kami memang menjadi salah satu bagian
dari kawasan Bandung Car Free Day. Sehingga akses jalan menuju kampus cukup
tersendat. Maka dari itu, kami akan cukup kesulitan untuk sampai lebih cepat di
kampus seperti hari-hari biasa.
Apabila
ada sebagian dari kami yang menggunakan kendaraan bermotor, dia harus datang
sebelum ataupun sesudah acara Bandung Car Free Day itu berlangsung. Jika tidak,
dia harus menuntun motornya dari arah atas (Simpang Dago) maupun dari arah
bawah (Gazibu - jembatan Pasopati).
Begitu
pula dengan teman-teman yang menggunakan kendaraan umum. Mereka juga harus
turun di kedua tempat tadi. Lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki,
sambil menikmati suasana Bandung Car Free Day yang segar dan ramai.
Nah
sambil menunggu teman-teman lain yang belum datang, kami mengajak Bonchul Shin,
cs berjalan-jalan di sekitar kampus. Mereka berempat terlihat cukup senang dan
antusias. Hampir saja, kami kehilangan jejak mereka karena ikut berbaur
diantara warga Bandung dan pengunjung Car Free Day.
Tanpa
disangka, kehadiran Bonchul Shin, cs mengundang berbagai reaksi dari para
pengunjung Car Free Day. Ada yang terus memperhatikan tanpa berkedip. Mungkin,
dia merasa tidak percaya bisa melihat orang Korea secara langsung. Padahal
biasanya dia hanya melihat orang Korea melalui tayangan K-Drama atau K-Movie di
televisi.
Ada
pula yang memberanikan diri menyapa mereka dengan bahasa Korea seadanya, Anyeong. Namun ada sebuah kejadian lucu
yang mengundang senyum kami. Yakni ketika seorang anak kecil berlari-lari
mencoba mengejar langkah kami.
Dengan
nafas yang terengah-engah, dia menyodorkan pena dan selembar kertas pada Park
Geon Dok. Tentu saja Park Geon Dok kebingungan, sementara dirinya tidak
mengerti bahasa Indonesia sama sekali.
“Maybe, he want ask your signature,”
saran Bonchul Shin
“Ooh.. My Signature?”
tanya Park Geon Dok heran.
Biar
begitu, dia tetap menuruti saran sahabatnya. Membubuhkan tanda tangan dengan
beberapa kata berbahasa korea pada kertas tadi. Sedangkan anak itu terlihat
sangat puas. Tak lama kemudian, sosoknya sudah kembali menghilang, dengan
sebuah senyuman terkembang dari raut wajahnya yang menggemaskan.
“Seriously, he thought I was an artist.”
kelakar Park Geon Dok. Kami semua tertawa. Perjalananpun
dilanjutkan kembali. Kali ini kami melewati sebuah toko sport yang sengaja
membuka lapak di luar toko.
“Wait
for me. Just for a minute, okey?” Pinta
Bonchul Shin.
“Please wait for me! Only a while,”
katanya lagi.
“Okey.
No problem,”
Dia
berlari kecil meninggalkan kami, lalu ikut berbaur dengan pengunjung lain dan
memilih beberapa t-shirt. Sedangkan Park Geon Dok hanya memperhatikan ulah
sahabatnya.
“Ah,
what he is doing?” gerutunya
Namun
lama kelamaan Park Geon Dok menghampiri sahabatnya, lalu ikut memilih t-shirt
juga. Ah, mereka berdua ada-ada saja. Tapi ngomong-ngomong di mana Hye Min dan
Aceng? Ternyata keduanya sedang asyik mencoba kuliner khas Bandung di seberang
jalan.
“Thank you, has waiting for me,”
katanya senang.
“Never mind. we are happy to enjoy the atmosphere like this,” balasku
In
this place, the stuff is more cheaper.
I
buy two t-shirt,” ujar Bonchul Shin.
“I
buy one too,” ucap Park Geon Dok tak mau kalah.
Kami
kembali tertawa.
Ah
senangnya bisa menikmati suasana pagi yang segar seperti ini. Sangat nyaman
karena tidak ada kendaraan.
“Any moment like this in Korea?”
tanyaku ingin tahu.
“Yes,
we have too. But just three or four times for a year,” jawab Bonchul.
“Oh ya? In our city, Car Free Day event like this is routinely done every Monday , for many years.”
“Ah how happy to be a citizen of Bandung . In addition to the comfortable atmosphere and cool, the people are also welcoming and friendly,” ucap Bonchul.
“What do you like living in Bandung,”
“Of course. I’m want stay in here forever and became a part this city.”
“Really,”
Bonchul
mengangguk pasti sambil melemparkan senyum pada kami.
******
Hari
sudah semakin siang, sehingga kami putuskan untuk kembali ke kampus. Siapa
tahu, teman-teman yang lain sudah menunggu. Sayangnya, belum belum ada
siapa-siapa di kampus. Hingga akhirnya, kami putuskan untuk pergi ke Taman Hutan
Raya Ir H Juanda saat itu juga.
Awalnya, kami akan menyewa angkot sampai terminal Dago. Sayangnya, jarak antara terminal Dago dengan pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir H Juanda cukup jauh. Sehingga kami putuskan untuk menggunakan motor saja. Namun karena jumlah kami yang ganjil, tetap saja kami kebingungan untuk pergi. Hingga akhirnya diputuskan, sebagian dari kami ada yang naik angkot. Dengan catatan, siapa yang datang duluan akan menjemput kami di terminal Dago.
Sayangnya kami terlalu asyik menikmati keadaan di sekeliling Taman Hutan Raya Ir H Juanda, hingga lupa berfoto. Aah bukan begitu, justru mereka yang terlalu asyik berfoto hingga melupakan aku yang menjadi juru foto dadakan buat mereka, ahaha..
Dari Taman Hutan Raya Ir H Juanda, kami lanjutkan perjalanan menuju ke Maribaya. Karena kebetulan jalurnya searah. Kami sengaja memilih berjalan kaki untuk menuju ke sana. Selain bisa menikmati pemandangan di sekeliling, kami juga bisa mengobrol santai. Sehingga kami bisa melupakan lelah selama perjalanan.
Suasana Maribaya yang tenang dan sejuk membuat kami betah dan tidak ingin pulang. Tanpa terasa, hari sudah semakin sore. Pantas saja badan ini sudah mulai kelelahan dan kelaparan, sudah saatnya kami pulang.
Terima kasih atas kebersamaannya. Kenangan hari ini, tidak akan terlupakan hingga kapanpun..
Bandung, Agustus 2014