Artikel Wisata
Masa liburan adalah moment yang
paling ditunggu semua orang, tak terkecuali saya. Tentu saja. Hanya pada masa
liburanlah, kita bisa bersantai sejenak, bebas melakukan hal yang kita inginkan
tanpa harus terburu-buru. Atau mungkin bisa sedikit refreshing dari padatnya rutinitas sehari-hari.
Ada beragam cara orang untuk mengisi
waktu liburannya. Ada yang pergi ke gunung, ke pantai, ke tempat-tempat
rekreasi, berkunjung ke museum, memancing, atau bahkan hanya bermalas-malasan
di rumah. Semuanya, sah-sah saja, bukan?
Namun diantara sekian banyak tempat
berlibur, saya lebih suka menikmati keindahan panorama pegunungan. Entah apa
alasannya. Yang jelas, ada perasaan tentram saat menghirup udara pegunungan yang
dingin.
Beruntung, saya mempunyai
teman-teman yang memiliki hobi yang sama, yakni hiking ke gunung. Biasanya kami pergi beramai-ramai ketika akhir
pekan atau memang saat sedang liburan. Biar hanya sekedar hiking ataupun sengaja bermalam dan kemping di sana.
Sayangnya, kegiatan seperti sudah
lama berlalu. Kini, kami sudah sibuk dengan aktifitas masing-masing. Jangankan
untuk hiking ke gunung seperti dulu, hanya untuk bertemu dan bersilaturahmi
antara satu sama lain pun, rasanya sulit.
Nah, dari sekian banyak tempat yang
sering kami kunjungi. Lembang menjadi salah satu tempat favorit, yang paling
sering kami kunjungi. Saking seringnya,
hampir dua bulan sekali malah.
Maka ketika kami sempat bertemu,
beberapa bulan yang lalu. Kami langsung memutuskan untuk kembali berjalan-jalan
ke Lembang. Biarpun tak punya tujuan pasti, tapi kami tetap bersikikuh menuju
lembang.
Sebenarnya,
tak ada rencana pasti. Apalagi persiapan matang untuk melakukan perjalanan ini.
Semua terasa begitu mendadak dan tiba-tiba. Inilah kisah
perjalanan kami menuju Terminal Wisata Grafika Cikole - Lembang
Terminal Ledeng
“Terminal Ledeng jam
delapan pagi. Jangan sampai telat!”
Saya
ingat betul pesan itu. Meski saya tahu, sungguh mustahil bila itu terjadi. Saya
tahu pasti, kebiasaan buruk teman-teman. Mereka tak pernah sekalipun, datang
tepat waktu. Setidaknya, bakal selisih dua jam dari waktu yang telah
ditentukan.
Tapi
itu dulu. Dulu memang mereka seperti itu. Siapa tahu, mereka sudah berubah
sekarang. Lagipula seandainya mereka begitu, toh saya tak boleh meniru
kebiasaan buruknya. Ah sudahlah, apapun yang terjadi, saya akan berusaha datang
tepat waktu.
Benar
saja. Pukul delapan pagi, angkot yang saya tumpangi sudah memasuki terminal
Ledeng. Sepertinya, tak ada seorang pun yang saya kenal di sana. Kemudian, saya
beranjak ke gerbang sebelah kanan.
Namun
tetap saja, teman-teman saya masih belum kelihatan. Yang ada malah pos pantauan
mudik Lebaran tepat di depan terminal Ledeng. Pandangan ini pun langsung
beralih pada sebuah bangku bambu kosong, tak jauh dari tempat saya berdiri.
Mungkin,
para polisi itu yang sengaja menaruh bangku tersebut di sana. Saya buru-buru
menduduki bangku tersebut, sebelum orang lain mendudukinya. Sesudah itu, saya
mencoba menghubungi yang lain dan menanyakan di mana posisi mereka sekarang.
Ternyata,
jawaban mereka cukup beragam. Ada yang sudah sampai di seberang terminal, ada
yang masih dalam perjalanan. Ada pula yang belum merespon sama sekali. Baiklah,
saya tunggu.
Akan
tetapi, meski sudah menunggu lama dan mengobrol kemana-mana, mereka masih belum
muncul juga. Tadinya, kami sengaja berjemur, menikmati kehangatan sinar Mentari
pagi. Tapi, lambat laun, mulai terasa panas juga. Pantas, sudah jam sembilan
pagi.
Saya
kembali mengirim sms pada seorang teman yang rumahnya tak jauh dari terminal
ini tapi tak balasan. Daripada penasaran, saya pun pun mencoba meneleponnya.
Ternyata sama saja, tak ada yang mengangkatnya. Saya mulai curiga,
jangan-jangan dia lupa dengan rencana ini. Ah, semoga saja tidak!
Tak
lama berselang, teman-teman yang lain mulai berdatangan. Salah seorang diantaranya
ada yang membawa mobil. Fuih,
syukurlah. Dengan begitu, kami bisa lebih leluasa mengunjungi tempat-tempat
yang ingin dituju. Tanpa harus sibuk, naik turun kendaraan umum dan juga tak
perlu khawatir bila pulang kemalaman.
Sementara
itu, teman yang saya telpon tadi baru membalas sms. Dia minta maaf, tak merespon karena ketiduran. Gara-gara tadi
malam begadang, katanya. Dia pun berjanji akan segera bergabung bersama kami.
Nah
sekarang, sudah lengkap semua. Tak ada lagi orang yang kami tunggu. Meski
demikian, kami tidak bisa buru-buru pergi. Sebagian diantara kami, masih ada
yang belum sarapan. Kami tak ingin melakukan perjalanan dalam keadaan perut
kosong.
Perjalanan
ini untuk mencari kesenangan, tidak untuk mencari penyakit, bukan? Karena
itulah, kami putuskan untuk berjalan-jalan sebentar mencari sarapan. Tepat
dibelokan jalan Sersan Badjuri, kami
disambut oleh tukang ojek yang biasa mangkal di sana.
.Mungkin
mereka mengira kami adalah turis lokal yang bingung mencari tempat tujuan
wisata. Hingga mereka berusaha menawarkan tumpangan. Padahal kami hanya ingin
mencari sarapan. Jadi cukup menyusuri jalan saja, tak perlu naik ojeg.
Beruntung,
kami menemukan sebuah café yang cukup nyaman. Letaknya juga tidak begitu jauh
dari terminal Ledeng. Sambil menunggu yang lain sarapan, kami mengobrol lagi. Jelang
pukul sepuluh, mereka baru menyelesaikan sarapannya. Tuuh, kan!
Pagi
sudah beranjak pergi, Mentari pun sudah semakin tinggi. Tapi rasanya, saya
sudah tak ingin mengeluh lagi. Bagaimanapun, kami baru akan memulai perjalanan
ini.
****
Tak
lama berselang, mobil yang kami tumpangi sudah memasuki kawasan Lembang. Sayangnya,
gara-gara ingin mencoba petualangan yang berbeda, kami malah bingung menentukan
tempat tujuan.
Selain
kebun stoberi serta Tangkuban Perahu, kami tak tahu lagi tujuan wisata lainnya.
Maklum saja, selama ini kami hanya terbiasa berkeliling di kebun orang. Hingga
kami tak pernah tahu, seberapa banyak tempat wisata yang ada di Lembang.
Ketika
ada yang mengusulkan ke “Terminal Wisata Grafika Cikole.” kami langsung setuju.
Selain baru mendengar namanya, kami juga tak punya ide lain. Katanya sih,
tempat itu bagus dan layak dikunjungi. Hmm, benar nggak ya?
Tanpa
bayangan sama sekali, kami mencoba mencarinya sendiri. Sementara itu, mobil
yang kami tumpangi sudah memasuki jalan Cikole–Tangkuban Perahu. Akan tetapi,
“Terminal Wisata Grafika” yang kami cari, masih belum kelihatan.
Kami
mulai khawatir, jangan-jangan tempat tersebut sudah terlewat tadi. Jika itu
benar, terpaksa kami akan meneruskan perjalanan ke Tangkuban Perahu atau
mungkin ke Ciater–Subang, sekalian.
Beruntung,
kami membawa seorang sopir yang cukup jeli. Hingga kekhawatiran kami tidak
perlu terjadi. Tiba-tiba saja, dia membelokkan mobil ke arah kiri. Rupanya,
kami sudah sampai di “Terminal Wisata Grafika”
Benar
saja. Semua tampak terlihat jelas, saat kami turun dari mobil. Ah, kenapa kami
sampai tak sadar kalau ada plang besar bertuliskan “Terminal Wisata Grafika”
sudah terpampang jelas dipinggir jalan.
Nah, sebelum masuk ke area wisata, kami sengaja berfoto dulu di pintu masuk "Terminal Wisata Grafika". Barangkali nanti lupa :D
Terminal
Wisata Grafika Cikole
Terminal
Wisata Grafika Cikole sendiri berada
di kaki gunung Tangkuban Perahu dengan ketinggian 1400 meter di atas permukaan
laut. Udara yang sejuk dengan suhu berkisar 20 derajat celcius. Berupa area
berbukit yang dikelilingi hutan pinus, seluas delapan hektar .
Letaknya
juga cukup strategis, karena berada tepat dipinggir jalan Raya Tangkuban Perahu
KM 8 Cikole-Lembang. Sehingga mudah dijangkau dari arah mana pun, meski
menggunakan kendaraan umum.
Sebagai tempat wisata yang terbilang
baru, Terminal Wisata
Grafika menawarkan berbagai fasilitas yang cukup lengkap. Diantaranya:
penginapan, area game outbond, area kemping, hingga penangkaran rusa yang ada
di kebun stroberi.
Sedangkan pada area kulinernya pun
tak kalah menarik. Mereka menyajikan
menu Yang beragam. Mulai dari masakan tradisional seperti Sunda hingga masakan seafood serta chinese food. Biar begitu, kami
malah bingung mau memulai petualangan ini dari mana.
Daripada berdebat gak karuan, kami malah membuat game sendiri, namanya "bolot-bolotan". Eit jangan ketawa dulu, game ini memerlukan daya ingat dan konsen yang tinggi, lho! Gak percaya, coba saja!
Main sudah, ngobrol juga sudah. Kini saatnya kami putuskan berkeliling dulu sebentar. Sambil melihat-lihat keadaan disekitar, kami juga mencari pemandangan yang indah untuk berfoto. Hmm, sesi berfoto ria memang susah buat dilupakan ^_^
Penginapan
Dari
area parkir, kami dapat melihat beragam fasilitas penginapan yang disediakan
dengan jelas. Mulai dari Grafika Hotel, Pondok Wisata hingga Rumah Panggung.
Grafika Hotel menyediakan pemandangan
balkon mengarah langsung ke bukit hutan pinus. Ada pula Pondok Wisata yang ada
di atas bukit hutan pinus. Pondok ini, sengaja dirancang
seperti pondok hutan dengan tungku perapian serta balkon menghadap ke lereng.
Namun, jika ingin merasa nyaman
seperti di rumah sendiri, masih ada tempat alternatif lain yakni Rumah
Panggung. Di mana terdiri dua lantai dengan arsitektur bergaya Betawi dan
Sunda yang berada di atas bukit.
Hmm, rasanya kami jadi tergoda ingin
menginap semalam saja. Sayangnya tidak bisa, sebab kali ini kami memang tak
berniat menginap. Mungkin, lain waktu kami bisa kembali bersama keluarga untuk
mencoba menginap di sana.
Area
Kuliner
Dari
area parkir kami harus menuruni beberapa anak tangga hingga tiba di area
kuliner. Aroma masakan tercium benar-benar menggugah selera. Perut kami yang
sudah kenyang, mendadak menjadi lapar kembali :D
Ada
beberapa pilihan tempat, yang bisa kita pilih untuk mengisi perut, diantaranya:
Restoran Sunda Buana dengan
balkon menghadap ke arah bukit hutan pinus dan dilengkapi fasilitas live musik.
Ada Restoran Sangkuriang dengan arsitektur bergaya bali dan
pemandangan balkon menghadap ke arah bukit hutan pinus. Ada pula Saung Lesehan di area lembah bukit hutan pinus dengan suasana alam dan air
terjun mini dari atas bukit.
Selain itu ada juga Aula Bambu dengan
konstruksi bangunan mengadopsi balai pertemuan desa beratap bambu di atas kolam
ikan mas dan dilengkapi live musik. Serta Pendopo Hutan untuk
menyelenggarakan pertemuan dan sajian prasmanan di atas bukit hutan pinus.
Untunglah
kami masih belum melupakan niat semula. Yakni mencoba beberapa game out bond.
Nah daripada berlama-lama berada di area kuliner ini, kami pun buru-buru meneruskaan
perjalanan.
Area
Out Bond
Dari
area kuliner, kami berjalan menyusuri bukit hingga tiba di area motor
ATV. Buat yang jarang berolah raga, mungkin cukup melelahkan juga pendakiannya.
Membuat nafas ini sedikit tersengal
ATV sendiri merupakan singkatan dari
All Terrain Vehicle yaitu motor roda
empat yang dapat digunakan di segala medan. Di sini, tersedia
fasilitas motor ATV 110 cc lengkap dengan tracknya. Nah, untuk
mencoba out bond yang satu ini, hanya dikenakan biaya sebesar Rp.30.000/orang
untuk 4X putaran.
Meski dari penunjuk arah, kami masih berada di area
motor ATV tapi kami juga melihat ada
beberapa kuda sewaan. Ah rupanya, Terminal Wisata Grafika ini juga menyediakan wisata berkuda.
Bagi
yang baru belajar naik kuda, jangan khawatir. Karena ada
petugas yang membantu menuntun kuda untuk menyusuri rute yang disediakan. Untuk menikmati wisata berkuda ini
hanya dikenakan biaya Rp.15.000,-.
Oh ya, katanya wisata berkuda ini
juga sering dijadikan terapi untuk melatih kepekaan. Hmm, benar gak, sih? Saya
jadi penasaran untuk membuktikannya. Tapi
rupanya, saya sudah tertinggal jauh. Teman-teman sudah melangkah lebih
dulu menuju area out bond.
Hei, tunggu!
Tak lama berselang, kami sudah tiba
di area out bond. Hmm, banyak juga fasilitasnya. Ada jaring laba-laba, turun
tebing, jembatan tali dua, jembatan Burma, jembatan elvis serta flying fox.
Sedangkan fasilitas out bond untuk
anak-anak, berupa rumah pohon, jembatan gantung, jembatan goyang, jembatan oval
serta masuk ke kebun stroberi. Mereka hanya perlu membayar tiket Rp.25.000/ anak.
Tanpa terasa, kaki ini sudah
melangkah menuju area kemping. Bagi orang yang suka kemping seperti kami, area
ini bisa dijadikan tempat favorit. Apalagi penyelenggara sengaja membuat
pondasi dari papan untuk setiap tenda yang akan didirikan. Jadi, kami tak perlu
khawatir tenda yang kita dirikan bakalan lembab.
Ah ternyata, cape juga berkeliling.
Sementara sebagian diantara kami, ada yang kekeuh
penasaran ingin mencoba beberapa game out bond. Ya sudah, kami kembali ke
tempat semula.
Bagi yang ingin mencoba beberapa
game out bond sekaligus, hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 50.000. Di mana bisa
menikmati lima pemainan sekaligus yakni jembatan tali, jembatan Burma, turun
tebing serta dua kali flying fox.
Sayangnya, saat itu kami tidak bisa
mencoba jembatan elvis, karena sedang tidak digunakan. Nah, buat yang hanya
ingin mencoba satu permainan tinggal membayar Rp. 15.000 saja. Cukup murah
bukan?
Sementara itu, sambil menunggu yang lain bermain, kami numpang istirahat di dekat kebun stroberi. Di sini ditanam 7000 pohon strawberry yang diletakkan dalam pollybag agar kesegaran buah strawberry tetap terjaga.
Untuk
memasuki kebun strawberry, tiketnya cukup murah. hanya Rp.5.000 dan mendapatkan
satu cup juice stroberi. Namun jika ingin memetik sendiri buah stroberi langsung
dari pohonnya, kami harus membayar lagi Rp.50.000.
Selain
itu, pengunjung juga masih dapat melihat dari dekat beberapa ekor Rusa Timor
yang dipelihara di penangkaran. Bagaimana tidak lengkap, coba?
Tanpa
terasa, hari sudah semakin siang. Pantas saja perut ini sudah semakin
keroncongan. Saking asyiknya bermain out
bond, hingga lupa kalau perut masih belum diisi makan siang.
Kami
pun segera beranjak menuju ke area kuliner dan sengaja memilih saung lesehan.
Alunan live music dari restoran yang ada diseberang, menemani kami menikmati
beragam menu yang telah dipesan.
Angin
yang terus berembus semilir, membuat kami semakin betah dan terkantu-kantuk.
Sayang, hari sudah semakin sore dan kami harus segera pulang. Jika tak ingin
kemalaman di jalan. Perjalanan di akhir pekan seperti ini, pasti sangat jauh
dari kata lancar.
Sebenarnya
masih ada tempat yang belum kami kunjungi, yakni kebun stroberi serta
penangkaran rusa. Tapi mungkin di lain waktu, kami masih bisa kembali ke tempat
ini dan melanjutkan perjalanan.
****
Sumber: http://grafikacikole.com/
Cikole Lembang, 25 Agustus 2012